Rehabilitasi Pasien Stroke di Rumah saat Pandemi

dr.Angie Rivera
dr.Angie Rivera Dokter umum RSI. Assyifa

Bismillah, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sahabat Sehat Assyifa Khususnya, masyarakat Sukabumi pada umumnya, gimana pada sehat? Alhamdulillah mudah mudahan kita semua selalu ada dalam lindungan Allah SWT. Pada kesempatan ini, saya akan berbagi dan sharing tentang Rehabilitasi pasien stroke di rumah dimasa pandemi.

Bacaan Lainnya

Stroke adalah suatu keadaan di mana ditemukan tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Menurut data World Stroke Organization, terdapat 13,7 juta kasus baru stroke setiap tahun dan 5,5 juta kematian yang disebabkan oleh stroke. Stroke dapat memengaruhi produktivitas seseorang.

Pasien yang terkena stroke memerlukan penanganan cepat dan tepat sehingga dampak buruk dari stroke dapat diminimalisir. Berikut merupakan tips untuk mengenali gejala dan tanda stroke dengan slogan “SeGeRa Ke RS”.

Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba. Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, bicaRa pelo/tiba-tiba tidak dapat bicara, tidak mengerti kata-kata/, berbicara tidak nyambung, kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh. Selain itu, mengalami rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba dan sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Terasa berputar/sempoyongan, gerakan sulit dikoordinasi.

Gejala atau tanda lain yang mungkin dialami yaitu penurunan kesadaran/pingsan, kejang, dan muntah mendadak tanpa didahului mual. Jika menemukan gejala dan tanda tersebut, segera bawa pasien ke Rumah Sakit.

Setelah pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit, pasien akan mendapatkan jadwal oleh dokter untuk kontrol di Rumah Sakit. Pada masa pandemi Covid-19, untuk mengurangi rantai penularan, pasien dan pengantar datang ke rumah sakit sesuai waktu yang sudah ditentukan untuk mengurangi kerumunan dan perlu menerapkan protokol kesehatan diantaranya, menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak dengan orang lain minimal 1,5 meter, mencuci tangan menggunakan sabun.

Latihan yang dapat diberikan di rumah termasuk latihan menelan, latihan komunikasi, latihan anggota gerak yang dapat dilakukan oleh pasien, keluarga atau pemberi perawatan. Latihan dapat dilakukan di rumah dengan durasi 45 menit untuk setiap terapi, selama minimal 5 hari dalam seminggu, dengan tetap mempertimbangkan kondisi pasien.

Pasien stroke dapat mengalami neglect atau abai terhadap salah satu sisi, latihan yang dapat dilakukan di rumah, diantaranya pertama dengan latihan sensori. Di mana, pendamping pasien duduk pada sisi yang abai untuk menarik perhatian ke sisi tersebut. Atur lingkungan pasien untuk menstimulasi sisi yang abai, misalnya: Letakkan televisi, foto keluarga, atau bunga pada sisi yang abai dan beri kertas berwarna di bawahnya, kemudian minta pasien untuk mencari/melihat benda tersebut tanpa memberi tahu benda tersebut berada di sisi mana.

Minta pasien untuk mengikuti tangan pendamping dalam menyentuh foto tersebut, lebih baik jika pasien dapat menyentuhnya sendiri. Pasien atau keluarga pasien juga dapat menstimulasi lengan yang abai dengan pijatan yang lembut, akan lebih baik jika pasien sendiri yang melakukannya. Jika pasien menggunakan kursi roda, pastikan lengan sisi abai ditopang dengan baik dan berada dalam pandangan pasien.

Kedua, Penentuan posisi dan manajemen anggota gerak. Posisi duduk, Lengan sisi yang lemah ditopang dan diberi bantalan, kaki memijak lantai atau pijakan kaki yang rata. Posisi tidur saat berbaring miring ke sisi lemah, bahu tidak boleh tertindih dan harus terdorong agak ke depan, letakkan kepala pada bantal setebal lebar bahu, siku lurus, telapak tangan menghadap ke atas. Lutut pada sisi lemah sedikit ditekuk. Tungkai yang sehat sedikit ditekuk pada panggul dan lutut terletak di depan tungkai yang lemah.

Posisi tidur saat berbaring miring ke sisi sehat, bahu ke depan (diganjal menggunakan bantal), siku lurus, telapak tangan menghadap ke bawah, tungkai yang lemah ke depan, ditekuk pada panggul dan lutut, diganjal menggunakan bantal. Tungkai yang sehat berada di bawah.
Posisi tidur telentang, letakkan lengan yang lemah lebih tinggi dari jantung, bahu diganjal bantal, siku lurus, tangan menghadap ke atas, dan jari-jari lurus. Tungkai yang lemah diposisikan lurus dan hindari perputaran panggul.

Ketiga, aktifitas sehari-hari. Cara memakai baju, kenakan baju pada tubuh dimulai dari sisi lengan yang lemah dibantu dengan lengan yang sehat, dilanjutkan lengan yang sehat. Kemudian pasang kancing meunggunakan lengan yang sehat.

Memakai sepatu, sepatu tanpa tali lebih muda digunakan. Pada posisi duduk, letakkan kaki yang lemah di atas kaki sehat (dapat dibantu dengan tangan yang sehat), pasang sepatu menggunakan tangan yang sehat. Kemudian masukkan kaki sehat pada sepatu (dapat dibantu dengan alat misal besi yang tipis dan panjang untuk menahan bagian belakang sepatu agar bagian belakang kaki bisa masuk ke sepatu dengan mudah.

Pos terkait