Perkembangan Islam di Sukabumi dan Perlawanan Kyai Desa

Para Pengurus Organisasi yang dirikan oleh KH Ahmad Sanusi (Foto : Riwayat Perjuangan KH Ahmad Sanusi)
Para Pengurus Organisasi yang dirikan oleh KH Ahmad Sanusi (Foto : Riwayat Perjuangan KH Ahmad Sanusi)

SUKABUMI — Perlu diketahui, perlakukan Penjajah Belanda kepada warga Indonesia sangat tidak baik terutama kepada masyarakat Islam.

Islam selalu dimusuhi karena raja-raja islam selalu melakukan perlawanan. Kyai dan para santri yang ada didalam Pesantren selalu diawasi. Hal tersebut akibat adanya kebangkitan agama dalam bentuk pembenahan lembaga pedidikan pesantren dan gerakan tarekat islam yang dipimpin para Kyai Desa yang ada di pedesaan.

Bacaan Lainnya

Dalam buku Haramin ke Nusantara disebutkan, pada Abad ke 19 Belanda mengirimkan Snouck Hurgronje. Tujuannya untuk memecah masalah yang ada dengan umat islam. Snouck Hurgronje kemudian memperkenalkan politik kembar antara tolerasi dan kewaspadaan.

Politik Snouck Hurgronje adalah memisah antara agaman dan politik. Namun, usahanya gagal. Abad ke 19 merupakan abad penting bagi Islam di Nusantara khususnya di Sukabumi. Hal tersebut dalam buku Abdul Djamil dengan judul pelawanan Kyai Desa.

Umat Islam gencar melakukan perlawanan kepada pemerintah belanda, terlebih umat islam saat itu memiliki organisasi sendiri yang awalnya diberinama Sarekat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi organisasi kebangsaan.

BACA JUGA : Sejarah Perkembangan Islam Di Sukabumi, Sunda Wiwitan Kenyakinan Mayoritas Pribumi

Organisasi ini terus berkembang dengan badan-badan usaha dan mendirikan cabang salah satunya termasuk di Sukabumi. Selain Sarekat dagang di Sukabumi juga muncuk organisasi Kyai Desa yakni AAI yang didirikan langsung oleh K.H Ahmad Sanusi yang merupakan Putra Asli Sukabumi.

Merasa gagal upaya Snouck Hurgronje, Pemerintah Belanda kemudian melakukan strategi kedua yakni dengan mengirimkan misionaris ke Indonesia. Kemudian disebarkan ke berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Sukabumi.

Usaha Belanda cukup berhasil terlihat dengan mendirikan ‘Zending’ (Organisasi penyebar agama Kristen Protestan), dan kemudian disusul dengan mendirikan nama perkampungan kristen di Sukabumi yang diberi nama ‘Kampung Pangharepan’.

Sekolah Kristenpun di Bangun di Sukabumi. Terdapat dua sekolah kristen di Sukabumi, pertama Zedingscool dan sebuah sekolah partikelir yang bernama Hollandsch-Chineescheschool utau Zeding.

Kebaradaan dua sekolah ini menjadikan cambuk umat Islam, hingga para Kyai memerintahkan santrinya untuk membuka banyak pesantren di wilayah Sukabumi. Upaya ini berhasil, terbukti banyak penduduk Sukabumi mayoritas memeluk agama islam.

Namun, meski begitu penduduk di Sukabumi terbilang damai, para pedagang China mayoritas memeluk agama Kristen dan Budha, sementara eropa mayoritas beragama kristen. Tempat ibadah agama dibangun sejak zaman dahulu sudah berdekatan, misalnya Gereja dengan Masjid.

BACA JUGA : Sejarah Perkembangan Islam Di Sukabumi, Sunda Wiwitan Kenyakinan Mayoritas Pribumi

Islam mendapatkan tempat yang baik di masyarakat, terbukti dengan sudah banyaknya muncul pesantren di Sukabumi, seperti Pesantren Al-Masturiyah, Sunanul Huda dan Pesantren Gunungpuyuh. Selain tiga pesantren tersebut banyak juga pesantren lainnya yang tersebar dibeberapa peloksok.

Selain mendirikan sekolah kristen, belanda juga mendirikan sekolah formal agen police school, sekolah didirikan untuk para perwira polisi yang pada masa pendudukan jepang berganti nama bernama Koto Keikatsu Ka Kai.

Kristenisasi dilakukan pertama oleh Varikus Apostolik Batavia, kemudian dirintis kembali oleh Varikus Mgr. A.C. Clossen Pr kemudian diteruskan oleh Mgr. W.Y Staal SJ., Mgr. E.S. Luypen SJ., dan lainnya. Kegiatan Misi di Sukabumi terus berkembang hingga sebuah gereja yang berkedudukan di Cipelang dibangun oleh pastor MYD Claeseen PR pada tahun 1896.

Pembangunan gereja ini menjawab untuk keperluan misi Belanda yakni Gold, Glory dan Gospel. Sukabumi menjadikan Stasi yang dipimpin langsung oleh Pastor H.Loyman SJ. Dengan menempati jalan pastor Salabatu.

Islam Sukabumi Pada Pendudukan Jepang

Setelah Belanda diusir Jepang, Islam di Sukabumi mendapatkan perubahan yang besar. Pasalnya, jepang merubah semua sistem pemerintahan yang ditinggalkan Belada. Jabatan yang digunakan belanda menggunakan istilah Jepang seperti Syico, Kenco, Gunco, Sonco dan Kunco. Sukabumi dijadikan dua, pertama Sukabumi Syi (Kota Madya) dan Sukabumi Ken (Kabupaten).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *