Perkembangan Islam di Sukabumi dan Perlawanan Kyai Desa

Para Pengurus Organisasi yang dirikan oleh KH Ahmad Sanusi (Foto : Riwayat Perjuangan KH Ahmad Sanusi)
Para Pengurus Organisasi yang dirikan oleh KH Ahmad Sanusi (Foto : Riwayat Perjuangan KH Ahmad Sanusi)

Jepang membuat gerakan tiga A, dengan memobilisasi masyarakat yang didirikan pada 29 April 1942 bersamaan dengan hari lahirnya Kaisar Hirohito, gerakan Tiga A disebut bertujuan untuk mencapai kemakmuran bersama.

Bacaan Lainnya

Untuk di Sukabumi sendiri gerakan ini dipimpin oleh Mr, Sjamsoedin (R.H Syamsudin SH) yang sebelumnya mendapatkan jabatan wakil walikota Sukabumi pada saat pendudukan Belanda. Gerakan ini diawali degan rapat besar yang dilakukan di Lapang Merdeka Kota Sukabumi saat ini.

Rapat tersebut diketahui langsung dihadiri tokoh besar Nasional seperti Soekarno, K.H Akhmad Sanusi. Dari hasil tersebut, rakyat Sukabumi ingi merdeka. Mengetahui gerakan tersebut, kemudian pemerintah Jepang membubarkan kembali.

Setelah gerakan tiga A gagal, pada tahun 1943 kemudian umat Islam di Sukabumi mendapatkan hadiah dari Jepang dengan mendirikan organisasi yang diberi nama pusat Tenaga kerja, tujuannya untuk mendapat simpati masyarakat. Lalu kemudian Jepang mengabil nama tokoh nasional seperti Soekarno, Moh Hatta dan K.H Mas Mansur dan Ki Hajar Dewantara. Namun, organiasi tersebut hanya mendapat dukungan sebagian dari umat islam.

Kemudian jepang kembali ingin membangun hubungan dengan umat islam. Terbukti dengan mengizinkan pendirikan Majlis Sjoero Moeslimin Indonesia atau yang disingkat Masjoemi (Masyumi) pada Oktober 1943. Organisasi ini sengaja diciptakan Jepang untuk seluruh Umat Muslim Indonesia.

BACA JUGA : Sejarah Perkembangan Islam Di Sukabumi, Sunda Wiwitan Kenyakinan Mayoritas Pribumi

Selain itu juga, untuk meraih umat islam, Jepang juga menarik tokoh Islam didaerah untuk masih dalam organisasi salah satunya K.H Sanusi. K.H Sanusi sendiri merupakan tokoh islam asli Sukabumi yang sebelumnya pernah mejabat sebagai Walik Residen Bogor dan sempat menjadi dewan penasehat wilayah Bogor.

K.H adalah orang satu-satunya yang berasal dari kalangan islam Tradisional yang menduduki jabatan eksekutif. Nah, melihat jepang lebih lunak dari Belanda, K.H Akhmad Sanusi menilai bahwa situasi tersebut bisa digunakan untuk penyebaran islam lebih luas.

Pemimpin Islam sangat bisa melakukan tawar menawar soal aturan yang dibuat jepang, beda dengan Belanda. Kerena memang tujuan jepang adalah memerlukan dukungan dalam melawan musuhnya dan situasi tersebut dianggap menguntungkan jepang.

Alhasil islam mendapatkan perkembangan baik, dialog keislaman terus berkembang dalam kehidupan masyarakat Sukabumi. Pola pikir masyarakat Sukabumi tentang islam semakin baik, hingga mendapatkan tempat simpati masyarakat Sukabumi yang tadinya memeluk agama Sunda Wiwitan. (hnd)

bersambung—

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *