BPBD Pastikan Tak Ada Kerusakan

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Badan Pengendalian Bencana Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi memastikan tidak ada kerusakan setelah gempa bumi berkekuatan 3,0 Skala Richter (SR) menggoyang Kabupaten Sukabumi, beberapa hari ini.

Koordinator Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna mengatakan, pasca gempa bumi yang diakibatkan aktivitas Sesar Citarik itu, hingga saat ini tidak ada laporan kerusakan apapun. “Sajauh ini kami belum menerima laporan adanya kerusakan akibat gempa,” kata Daeng kepada Radar Sukabumi, kemarin.

Bacaan Lainnya

Informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut berlokasi di 6.77 Lintang Selatan (LS) 106.53 Bujur Timur (BT) dengan pusat gempa berada di darat 24 Kilometer Barat Laut Kabupaten Sukabumi dengan epicentrum 8 Kilometer. “Geterannya tidak terlalu besar, bahkan hanya beberapa saja yang merasakan guncangan gempa bumi itu. Sesuai informasi dari BMKG gempa ini tidak berpotensi tsunami,” ujarnya.

Menurutnya, kendati getarannya tidak terlalu besar dan hanya sebagian kecil warga yang merasakan. Namun ia mengaku sudah menginstruksikan kepada relawan dan petugas BPBD yang ada di kecamatan untuk melakukan pendataan antisipasi adanya rumah warga yang rusak. “Kami sudah menugaskan semua relawan yang ada disetiap kecamatan untuk melakukan pengecekan. Alhamdulillah belum ada laporan,” paparnya.

Daeng pun menghimbau, agar warga selalu waspada. Karena Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah rawan terjadi bencana. “Jika terjadi gempa, warga jangan panik.

Lakukan evakuasi mandiri dengan cara ke luar dari bangunan atau bersembunyi di bawah meja, tapi alangkah baiknya berlari ke halaman yang lapang dan tidak ada bangunan,” pungkasnya. Seperti diketahui, Sesar Citarik diduga menjadi pemicu gempa-gempa kecil di wilayah Kabupaten Sukabumi selama beberapa hari terakhir. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat, pada 10 hingga 20 Agustus 2019 kemarin, terjadi 31 gempa dengan magnitudo di bawah 5 dan berpusat di Barat daya Sukabumi, dengan titik lokasi sekitar bagian atas Palabuhanratu atau Cisolok berbatasan dengan Provinsi Banten di bawah Gunung Salak. “Termasuk kategori swarm yaitu gempa dengan frekuensi sangat tinggi dalam waktu lama, kekuatan relatif kecil, dangkal dan tidak ada mainshock atau gempa utama,” jelas Staf Observatori Bandung (BMKG) wilayah Palabuhanratu, Rafdi Ahadi, kemarin.

Rafdi menjelaskan, 30 kali gempa itu berpusat di jalur Sesar Citarik mulai tanggal 10 Agustus 2019 sekira pukul 10:32:18 WIB di 6.74 LS 106.54 BT kedalaman 8,16 kilometer dengan kekuatan 2,6 magnitudo. Gempa dengan posisi yang tidak jauh juga masih di bawah 4 magnitudo dan kedalaman di bawah 10 Kilometer terus terjadi tiap harinya, yakni tanggal 11,12,13, dan 14, 17, 19 dan 20 Agustus 2019. “Hingga siang ini kami mencatat lima kali gempa di zona Sesar Citarik,” jelasnya.

Sesar Citarik menurut Rafdi berarah dari Utara Timur Laut ke Selatan Barat Daya memotong Jawa Barat melalui Palabuhanratu, Bogor dan Bekasi. Aktivitas sesar ini paling tidak sejak tektonik Miosen Tengah dan sampai sekarang masih aktif.

Pada periode tektonik Miosen Tengah, sesar ini sebagai sesar trantensional, namun sejak Plio-Plistosen sampai Resen, sesar ini berkembang sebagai sesar mendatar mengiri. Sesar Citarik yang aktif ini dapat menimbulkan gempa bumi, sehingga sesar ini harus diperhitungkan dalam perencanaan pengembangan infrastruktur di Jabotabek dan Palabuhanratu.

 

(bam/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *