Ribuan Mesin Pompa Air Dibagikan

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.COM – Untuk menanggulangi kekeringan lahan pertanian, akibat kemarau, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi membagikan ribuan mesin pompa air kepada petani di Kabupaten Sukabumi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Ajat Sudrajat mengatakan, akibat kemarau, puluhan hektare lahan pertanian padi di wilayah Kabupaten Sukabumi, terancam gagal panen.

Bacaan Lainnya

“Namun, dari semua lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi yang paling banyak lahan pertanian padi yang mengalami kekeringan, berada di wilayah pajampangan,” jelas Ajat kepada Radar Sukabumi, melalui telepon selulernya, kemarin (22/7).

Untuk mengantisipasi kekeringan ini, maka Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi membagikan ribuan mesin pompa air yang berfungsi untuk menyedot air supaya sampai ke lahan pertanian padi.

“Kita sudah membagikan sekitar 3.000 mesin pompa air. Semoga hal ini, dapat mengantisipasi meluasnya lahan pertanian yang kekeringan dan gagal panen, akibat musim kemarau,” paparnya.

Selain membagikan mesin pompa air, sambung Ajat, Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi juga memasang pipanisasi air. Hal ini, merupakan salah satu bentuk upaya pemerintah agar tidak ada lahan pertanian yang gagal panen.

“Kami sudah berupaya maksimal dalam menghadapi musim kemarau saat ini. Semoga hal ini dapat meminimalisasikan kerugian petani,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, ratusan hekatare lahan pertanian mengalami kekeringan, akibat dampak dari musim kemarau. Seperti di Kecamatan Cidadap dan Jampang Tengah misalnya. Berdasarkan data yang tercatat di Kecamatan Cidadap, hampir seluruh desa yang ada di wilayah tersebut mengalami kekeringan.

Seperti Desa Banjarsari, Padasenang, Cidadap, Mekartani, Hegarmulya dan Desa Tenjolaut. Bahkan, ada sebagian lahan pesawahan warga yang mengalami gagal panen akibat tidak terailir air secara maksimal.

Camat Cidadap, Engkus Kustaman mengatakan, akibat musim kemarau ini, sekitar 200 hektare lahan pesawahan warga di wilayah Kecamatan Cidadap terancam gagal panen.

“Sementara untuk jumlah jiwa yang mengalami krisis air bersih, ada sekitar 500 jiwa dari jumlah total penduduk sekitar 2000 penduduk,” jelas Engkus kepada Radar Sukabumi. Setiap musim keramau, sambung Engkus, wilayah Kecamatan Cidadap sering terjadi kekeringan.

Hal ini terjadi lantaran wilayah terebut berada di daerah perbukitan. “Namun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, krisis air saat ini sangat banyak,” imbuhnya.

Pihaknya mengaku sudah melaporkan kondisi tersebut kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi.

“Kondisi kekeringan di wilayah Kecamatan Cidadap ini, sudah berlangsung sekitar satu bulan terakhir. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini, pemerintah daerah dapat memberikan bantuan soal kesulitan warga dalam mendapatkan air berish,” imbuhnya.

Hal serupa juga terjadi di Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah. Puluhan hektar pesawahan terancam gagal panen. Pasalnya, ladang sawah saat ini mulai mengalami kekeringan. Dari informasi yang diperoleh Radar Sukabumi menyebutkan, kurang lebih 20 hektar dari empat kedusunan di wilayah Desa Bojongjengkol mengalami krisis air.

“Musim kemarau sebelumnya, ladang sawah kami tidak separah ini mengalami kekeringannya. Karena debet air yang bersumber dari Sungai Cikurutug selalu lancar mengalir. Tapi saat ini, tidak ada sama sekali,” ungkap salah seorang petani asal Kampung Bojongjengkol, Pandi.

Menurutnya, kekeringan tersebut disebabkan banyaknya saluran air yang bocor. Alhasil, aliran air dari sungai tidak sampai mengalir ke ladang sawah para petani. “Karena itu perlu adanya perbaikan saluran air dari irigasi karena memang banyak yang bocor sehingga air pun tidak sampai pesawahan,” ujarnya.

Dalam hal ini sambung dia, petani meminta agar pemerintah ikut turun tangan untuk membantu perbaikan irigasi dan saluran iar tersebut. “Ya, biasanya kami memperbaiki saluran air ini secara gotong royong. Kami harap, pemerintah bisa segera memperbaiki saluran air, agar sawah kami tidak sampai kekeringan hingga gagal panen,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *