Hardiknas Istimewa 2020

Dudung Nurullah Koswara
Dudung Nurullah Koswara

Oleh : Dudung Nurullah Koswara
(Praktisi Pendidikan)

Dalam sejarah kebangsaan Indonesia hanya di tahun 2020 ini Hari Pendidikan Nasional dirayakan berbeda. Dirayakan dengan konsep virtual. Tidak ada upacara darat seperti biasa. Upacara dilaksanakan dan diikuti secara maya. Ini sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Hardiknas Tahun 2020 disampaikan melalui surat Nomor 42518/MPK.A/TU/2020 Kemdikbud.

Bacaan Lainnya

Tema Hardiknas “Belajar Dari Covid-19” sangatlah tepat! Kolumnis Yudi Latif mengatakan, “Masa kelam adalah masa penelanjangan kekuatan dan kelemahan kita yang sesungguhnya. Kebenaran itu seakan-akan bintang di langit yang tak bisa dilihat, kecuali di gelap malam”. Gagap, galau dan gelapnya suasana saat wabah Covid-19 disisi lain memberi “kode keras”.

Dalam bahasa Kemdikbud kode keras itu menyuruh kita “Belajar Dari Covid-19”. Sungguh kita semua harus introsfeksi ulang. Selama ini _mungkin_ perayaan Hardiknas biasa-biasa saja. Ritual sakral pendidikan diikuti semua warga pendidikan secar biasa-biasa saja. Justru pada tahun ini sangat luar biasa. Semua tidak bisa hadir secara fisik.

Makna apa yang bisa kita ambil dari Hardiknas 2020? Bila kita salah memaknai dan tak mampu menerjemahkan kode keras Covid-19 di tahun ini, maka dunia pendidikan tak lolos uji. Covid-19 bagi dunia pendidikan _khususnya Kemdikbud_ adalah sejenis ujian akhir. Apakah dunia pendidikan akan berubah lebih baik atau “Aku Masih Seperti Yang Dulu”.

Bisa saja Covid-19 membawa pesan sebagai berikut : pertama Kemdikbud sebaiknya lebih fokus pada dua hal penting. Apa dua hal penting itu? Anak didik dan pendidik. Berbagai proyek mainstream dan bahkan gonta-ganti kurikulum tidak lebih penting dari layanan prioritas anak didik dan pendidik. Sehebat apapun kurikulum dan sebesar apa pun anggaran pendidikan, bila tatakelola anak didik dan pendidik bermasalah, risiko tinggi.

Kedua kesejahteraan pendidik belum terwujud dengan baik. Bagaiman bisa pendidik honorer dengan gaji dibawah UMR/UMP/UMK bisa hidup normal. Bahkan sampai saat ini yang sudah lolos PPPK saja masih terkatung-katung. SK bagi mereka yang lolos PPPK belum diterima. Apalagi bagi ratusan ribu honorer lainnya, nasib mereka masih jauh dari sejahtera. Sejak negeri ini berdiri nasib guru masih banyak yang menderita.

Ketiga politisasi pendidikan sejak zaman negeri ini berdiri nampaknya masih terjadi. Dunia pendidikan rawan dengan politisasi. Rekrutmen, promosi, mutasi dan sanksi masih terbentur politisasi. Bila masih ada kongkalingkong terkait seleksi CPNS, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan buruknya layanan birokrasi pendidikan maka dunia pendidikan akan begitu-begitu saja. Proyek besar SDM Unggul Indonesia Maju bisa hanya proyek saja. Hanya agenda politk berbungkus pendidikan saja!

Keempat anomali PPDB. PPDB adalah sebuah ritual tahunan yang sangat bisa ditebak bahwa selalu ada kekisruhan. Ada ketidakmampuan sekolah, birokrasi pendidikan dan pemerintah dalam mengedukasi publik terkait pentingnya PPDB normatif. Sejumlah peristiwa tak elok dalam PPDB terjadi di semua sekolah favorit khusunya. Ada sekolah kelebihan siswa ada pula sekolah kekurangan siswa. Saat Covid-19 ini sekolah favorit dan sekolah pinggiran sama-sama tidak ada siswanya, semua di rumahkan!

Kelima ekosistem pendidikan tidak berjalan dengan baik. Organisasi profesi, dewan pendidikan, dinas pendidikan, pemerintah dareah, LSM pendidikan dan sejumlah potensi pendidikan lainnya masih belum efektif. Semua potensi pendidikan yang tergabung dalam ekosistem pendidikan masih modusan. Masih mengutamakan proyek dibanding sukses layanan pendidikan pada anak didik dan pendidik.

Bila pendidikan dipersepsi sebagai proyek besar bukan agenda besar bangsa maka bahaya. Pendidikan adalah masalah anak didik dan pendidik. Dua entitas ini harus benar-benar diprioritaskan segalanya. Faktanya dunia anak didik dan pendidik dianggap tidak strategis dan bahkan dianggap minor. Anak didik dan pendidik kadang dianggap “asesoris” sebagai penggembira saat upacara-upacara besar.

Banyak pesan Covid-19 kalau kita terjemahkan lebih dalam lagi. Covid-19 telah “menginstal” semua sudut kehidupan. Dalam dunia pendidikan utamakan saja anak didik dan pendidik. Anak didik dilayanai dengan baik pendidik diperhatikan dengan baik maka 60 persen duni pendidikan sudah sukses. Sukses dinamika pendidikan adalah sukses prestasi anak didik dan pendidikanya. Tentu sukses lahir dan bathin!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *