Mewujudkan Kota Ideal dengan Cara Cerdas dan Komitmen Bersama

kang-warsa

Oleh: Kang Warsa

Tak dapat dimungkiri, rata-rata kota di negara ini sedang mengalami urbanisasi yang sangat pesat. Kondisi ini berbanding lurus dengan perkembangan teknologi dan informasi. Wilayah yang dulu dikategorikan sebagai daerah rural perdesaan pun mulai mereplikasi diri mirip dengan rural perkotaan. Kawasan perkotaan terus meluber dan melebar melahap wilayah rural perdesaan.

Bacaan Lainnya

Selama dua setengah dekade, sejak reformasi lahir, Kota Sukabumi mengalami perkembangan yang cukup pesat, terutama dalam segi pembangunan infrastruktur. Dulu pemerintah pernah menggagas konsep taman kota, hutan kota, proyek kali bersih, dan penataan jalan lingkungan. Akhir-akhir ini muncul istilah yang lebih populer, pedestrian, pembangunan inklusif dan berkelanjutan.

Kemeriahan kota dengan pernak-pernik dan identitasnya diperkuat oleh kehadiran pusat-pusat perbelanjaan, mal, minimarket, dan pasar modern. Selama sepuluh tahun lebih, ruas-ruas jalan utama di pusat kota semakin riuh oleh gemuruh dan raung mesin kendaraan bermotor. Inilah identitas kota saat ini. Masyarakat perdesaan akan memandangnya sebagai satu perkembangan pesat.

Walakin, di sisi lain, ada satu kemasygulan terhadap kondisi kemajuan ini. Akankah kota yang dipandang modern ini  berdampak baik terhadap warganya. Mampukan gemerlap sebuah kota menerangi jati diri warga dan para penghuninya? Akankah perbaikan jalan, penataan pedestrian mampu mengurai dua masalah perkotaan; banjir dan kemacetan? Hal ini sudah tentu berbanding lurus dengan tata kelola dan perencanaan yang matang sebuah kota. Kesalahan dalam pengelolaan dan perencanaan sering menjadi masalah utama perkotaan.

Kota-kota termasuk Sukabumi mau tidak mau harus mengimbangi geliat kota lain yang lebih besar. Konsep smart city atau kota cerdas yang mulai muncul pada dekade pertama reformasi menjadi gagasan penting tentang keterhubungan antar warga dan manusia dengan piranti-piranti lunak serta keras. Hal ini menyebabkan dunia virtual mengalami banjir dan aliran arus informasi yang menjadi sulit dibendung.

Sudah seberapa efektifkah perwujudan kota cerdas di Kota Sukabumi dalam mencerdaskan warganya? Paling tidak, Pemerintah Kota Sukabumi sejak era kepemimpinan Muslikh Abdusysukur telah menggunakan media arus utama penyampaian informasi secara virtual. Pemerintah Kota Sukabumi mulai mengalirkan informasi melalui layanan situs web resmi. Kendati satu arah, walakin warga dapat menyerap informasi dari sumbernya langsung.

Untuk mewujudkan kota cerdas secara ideal memang memerlukan waktu. Faktanya, ketepatan pengimplementasian kota cerdas masih kalah cepat dibandingkan dengan produksi massif gawai-gawai cerdas dari tahun ke tahun. Pada akhirnya, bukan hanya di tingkal lokal, secara nasional pun untuk mewujudkan kota cerdas, pemerintah pusat tetap harus berjalan berada di belakang produsen gawai cerdas yang semakin menawarkan daya tarik melalui berbagai aplikasi cerdas.

Pada akhirnya, mayoritas warga perkotaan telah terhubung dan digabungkan dengan sendirinya oleh layanan media sosial dan obrolan virtual seperti saat ini. Apa boleh buat, setiap kebijakan dan program pemerintah yang kurang tepat akan mendapatkan saran, kritik, cibiran, hingga nyinyiran dari warganya sendiri.

Tak dapat dimungkiri, ketika implementasi kota cerdas belum sepenuhnya mencerdaskan warga kota, selain di dunia nyata, banjir sindiran menjadi serupa dengan banjir di dunia nyata. Mewujudkan kota cerdas memang harus berbanding lurus dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi digital untuk menghindari media sosial dan obrolan disesaki oleh sampah-sampah informasi tak karuan.

Permasalahan perkotaan di dunia nyata yang kerap terjadi di Kota Sukabumi yaitu banjir di saat hujan deras. Sebagai perbandingan, kota-kota besar telah lama bergelut dengan persoalan banjir ini. Meskipun upaya pencegahan dan penanganan terus dilakukan namun banjir tetap terjadi. Hal ini memang berbanding lurus dengan semakin menyusutnya ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota. Sungai-sungai besar dan kecil juga harus benar-benar difungsikan sebagai saluran air bukan menjadi saluran yang dipenuhi oleh sampah.

Pembangunan dan penataan kawasan perkotaan memang tidak dapat dihindarkan, walakin jangan sampai kegiatan pembangunan ini justru menimbulkan sebuah ironi. Pemerintah harus membangun kawasan perkotaan dengan membertimbangkan; pengelolaan pembuangan air yang baik, pembangunan harus berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan kebutuhan jangka panjang.

Paradigma pembangunan yang mengedepankan keuntungan jangka pendek perlu diubah. Kota bukan sekadar hutan beton dan aspal, melainkan organisme hidup yang dihuni oleh manusia. Kota Sukabumi harus inklusif secara sosial, artinya pembangunan menyentuh seluruh lapisan masyarakat.

Konsep pembangunan berkelanjutan harus menjadi pedoman. Kota perlu didesain dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Ruang terbuka hijau yang memadai, sistem pengelolaan air yang efektif, dan penggunaan energi terbarukan menjadi unsur penting dalam menciptakan kota yang tangguh.

Membangun kota yang kokoh dan tangguh bukanlah tugas pemerintah semata. Kesadaran dan peran aktif masyarakat mutlak diperlukan. Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaan dan pemantauan pembangunan.

Masyarakat juga perlu diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi risiko bencana.  Program penanaman pohon, pengelolaan sampah yang baik, dan simulasi menghadapi bencana dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Keberhasilan pembangunan kota juga membutuhkan sinergi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Kolaborasi dan kerja sama yang erat diperlukan untuk mewujudkan kota yang inklusif, berkelanjutan, dan berketahanan. Dan kita memiliki tanggung jawab dalam menentukan masa depan kota. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *