Hardiknas, Hari Naas Bagi Guru Susan

Ketua Umum PB PGRI Dudung Nurullah Koswara

Oleh : Dudung Nurullah Koswara (Ketua Pengurus Besar PGRI)

TEMA peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2021 adalah “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”. Tema yang baik dan berharap membawa ruh perubahan. Semua harus serentak bergerak dan mewujudkan merdeka belajar.

Bacaan Lainnya

Sayang disayang, pilu sungguh bagi Bu Susan seorang guru honorer peringatan Hardiknas tahun ini benar-benar naas. Ia menderita kelumpuhan dan gangguan penglihatan pasca petugas kesehatan memberinya vaksin kedua.

Apakah Bu Susan mengalami kelumpuhan dan gangguan penglihatan karena vaksin kedua? Ataukah Bu Susan punya gangguan kesehatan sebelumnya? Hal yang jelas dan faktual adalah Bu Susan sehat-sehat saja sebelum vaksin ke dua.

Terlepas adanya kemungkinan Bu Susan punya gangguan kesehatan sebelumnya atau ada kemungkinan malapraktik, tentu harus dibuktikan. Penyakit penyerta yang dimiliki seseorang dan malaparaktik dalam dunia kesehatan memang kadang bisa terjadi. Semoga tidak!

Terkait tema Hardiknas “Serentak Bergerak” nampaknya sangat baik bila dikaitkan dengan serentak bergerak membantu Bu Susan. Merdekakan Bu Susan dari sakitnya dan dari derita finansial yang harus Ia keluarkan untuk perawatan dirinya dan ekonomi keluarganya.

Serentak bergerak untuk merdekakan Bu Susan sebagai guru honorer. Ayo kita bergerak membantu Ibu Susan yang saat ini harus berjuang untuk kesehatan dirinya dan memenuhi biaya pengobatan dirinya.

Dari info terbaru yang penulis dapatkan Alhamdulillah ada gerakan serentak yang dilakukan oleh : petugas Puskesmas Cisolok, 2) Pemerintah Kecamatan Cisolok, 3) Jabar bergerak, 4) PGRI Ranting Cisolok, 5) MKKS SMA Kab. Sukabumi. 5) KCD Wil. V. dan 6) Keluarga Besar SMAN 1 Cisolok. Ini sebuah gerakan serentak yang positif. Faktanya Bu Susan sebeumnya sehat-sehat saja dan kini harus menderita kelumpuhan dan gangguan penglihatan.

Gerakan serentak, serentak bergerak semoga bisa memerdekakan Bu Susan untuk segera sembuh dan pulih kembali. Awalnya guru honorer ini sehat, gesit, melihat dengan baik dan dapat berkomunikasi normal. Kini penglihatan tidak sehat, bergerak harus ngesot, bicara tidak lancar dan secara psikologis sangat lemah. Tentu sebagai guru muda honorer yang awalnya gesit dan enerjik melayani anak didik, kini bergerak pun harus ngesot dan bicara pun terbata-bata.

Seorang Kepala Sekolah dan pejuang martabat guru H. Amin Abdullah mengajak para guru, khususnya entitas PGRI. Ia mengatakan, “Saatnya solidaritas kita tunjukan, bukan hanya pada kepalan tangan dan teriakan, tapi uluran tangan yang harus kita lakukan, ringankan beban Bu Susan, yu kita donasi, sebagai rasa solidaritas bahwa kita PGRI”.

Militansi dan giroh membela, melindungi profesi guru memang sudah sepatutnya digelorakan. H. Amin Abdullah adalah diantara wajah pengurus PGRI senior yang punya rasa bela luar biasa pada guru dan martabat profesi guru.

Dukungan dan do’a pada Bu Susan pun mengallir dari para netizen yakni dari Bapak Caca Danuwijaya, Ibu Ambar Iyah, Ibu Hanis, Ibu Harnani, Ibu Dian Anggraeni, Bapak Dede Marwan, Bapak Ade Nurhidayat, Bapak Sugi Yanto dan like empati dari sejumah guru dan netizen lainnya.

Pada dasarnya setiap manusia adalah “satu tubuh” dengan manusia liannya. Ungkapan bijak mengatakan, “Orang lain adalah kita dan kita adalah bagian dari orang lain”. Selanjutnya pepatah bijak mengatakan, “Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan”.

Mari kita support Ibu Susan dalam berbagai cara dan solusi, setidaknya do’a yang tulus di bulan suci Ramadhan dan bulan Hardiknas ini kita berikan pada Bu Susan. Sungguh mulia Bu Susan ikut program pemerintah dengan mendukung vaksinasi para tenaga pendidik demi kesehatan anak-anak didik. Guru yang sehat sehatkan anak didiknya.

Namun di Hardiknas saat ini Ibu Susan benar-benar naas. Awalnya sehat dan berusaha mendukung program pemerintah, kini terkulai layu, gagap bicara dan penglihatan kabur. Haruskah Bu Susan sebagai guru honorer terabaikan oleh kita semua? Bukankah Ia adalah “pahlawan pendidikan” walau pun hanya guru honorer tapi dedikatif dan kontributif pada suksesnya pendidikan nasional kita? Save Bu Susan!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *