Khas Indonesia: Nasi Uduk, Nasi Goreng, hingga Nasi Kuning

ILHAM SAFUTRA
ILHAM SAFUTRA (jawapos)

oleh :  ILHAM SAFUTRA

Wartawan Jawapos

INDONESIA kaya dengan beragam jenis masakan. Untuk jenis nasi saja ada beragam varian. Semua itu berangkat dari nasi putih berbahan beras. Dari beras yang ditanak jadi nasi, hasilnya pun jadi beragam.

Jenis nasi ini pun sarat dengan muatan lokal. Sebagaimana pepatah, lain lubuk lain ilalang. Lain daerah, lain pula beras yang dikonsumsi.

Di tanah Jawa, baik itu Jabodetabek hingga wilayah lainnya, beras yang populer jenis pulen. Beras ini kalau dimasak nasi yang dihasilkan lengket atau empuk. Jika makan dengan beragam lauk rasanya begitu nikmat. Contohnya dengan ikan gabus asin, pakai sambal terasi, dan sayurnya taoge tumis. “Rasanya sedap.” Begitulah pendapat orang-orang yang biasa berkonsumsi nasi dengan bahan beras pulen.

Ada pula nasi yang dimasak dari beras pera. Beras jenis ini banyak dikonsumsi di Sumatera Barat. Beras jenis jika dimasak nasi yang dihasilkan tidak lengket. Berderai. Di Minang atau Sumbar disebut badarai.

Keelokan negeri Sumbar dengan produk berasnya sampai menjadi judul lagu. Lagu itu dipopulerkan oleh penyanyi legendaris Minang, Elly Kasim, berjudul Bareh Solok. Setiap ada event Minang, lagu kerap dinyanyikan.

Dari beras pulen dan pera baru menghasilkan satu jenis nasi, yaitu nasi putih.

Ada jenis nasi lain lagi yang dimasak dari dua beras itu. Di antaranya nasi uduk. Nasi ini menjadi makanan sehari-hari di Pulau Jawa. Umumnya nasi uduk berbahan beras pulen. Nasi ini dimasak memakai beragam jenis rempah dan ada santan kelapa. Nasi uduk konon kabarnya ada beragam jenisnya. Di Jakarta lebih dikenal dengan Nasi Uduk Betawi.

Setelah nasi putih, nasi uduk, ada pula namanya nasi kuning, nasi goreng, nasi lemak, dan nasi lamak.

Nasi kuning lebih sering ditemukan di wilayah Jawa Barat atau tanah Sunda. Bahkan nasi kuning ini menjadi sarapan masyarakat sekitar. Konsumsi nasi kuning sebetulnya tidak jauh dengan nasi uduk. Perbedaan hanya di warna. Sedangkan lauknya hampir sama. Ada tempe orek, bihun goreng, kentang, bala-bala atau bakwan, telur rebus, telur balado, telur dadar, beragam jenis lainnya.

Sejauh ini ditemukan, nasi kuning terbuat dari beras pulen juga. Bahannya, selain berbahankan rempah dan santan, tentu ada kunyit. Sebab, kunyit itulah yang menimbulkan warna kuningnya.

Bagi masyarakat sekitar Jawa Barat, nasi kuning menjadi makanan sarapan.

Di tempat lain, nasi kuning lebih diidentik dengan makanan untuk acara tertentu atau event-event besar. Nasi kuning ini bentuk kerucut atau disebut dengan tumpeng. Jika ada tumpeng nasi kuning ini, ada beragam lauk yang menemani.

Nasi goreng. Pangan seperti ini hampir dapat ditemukan di seluruh penjuru Tanah Air. Nasi goreng kerap dibuat dari beras pera. Beras itu ditanak menjadi nasi putih. Lantas nasi putih itu yang diolah dengan beragam bumbu dan resepnya, lalu digoreng. Nasi goreng ini pun banyak variasinya belakangan ini. Hal itu seiring dengan inovasi para chef atau praktisi kuliner.

Nasi lemak. Nasi jenis ini lebih banyak ditemukan di daerah Melayu Malaysia atau Singapura. Belakangan ini sudah ada juga dijual di sejumlah restorang di Indonesia. Umumnya restoran-restoran Asia. Jika dirasakan, nasi lemak tidak jauh beda dengan nasi uduk. Ada rasa gurihnya. Lauknya pun hampir sama dan tidak ada ketentuan baku untuk nasi lemak ini.

Konon dari sejumlah literatur, nasi uduk Betawi diadopsi dari nasi lemak Melayu. Namun, soal itu biarlah pakar kuliner atau sejarawan saja yang menjelaskan.

Terakhir nasi lamak. Nasi ini berbeda dengan nasi-nasi yang dijelaskan di atas. Nasi Lamak terbuat dari beras ketan. Bukan beras biasa untuk nasi. Nasi lamak berbeda dengan nasi ketan. Perbedaan terdapat pada bahan dan cara membuatnya. Yang jelas nasi lemak memakai santan lebih kental dibanding santan yang dipakai untuk membuat nasi uduk atau nasi lemak. Sudah pasti nasi lamak ini lebih lengket dibanding nasi uduk.

Rasanya manis karena diberi gula. Umumnya nasi lamak ini ditemukan di Minangkabau atau Sumatera Barat. Nasi lamak kerap disajikan pada event-event besar. Mulai dari perkawinan atau hantaran untuk hari besar agama. Mulai dari menjelang puasa, pada hari Idul Fitri, sambut Maulid Nabi, dan lain sebagainya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *