Fasilitasi Pemulangan Pengungsi di Luar Sulteng

Selain itu, Wiranto juga meminta supaya masyarakat setempat turut dilibatkan. Tujuannya tidak lain agar mereka tidak punya aktivitas. Tidak terus-terusan berada di lokasi pengungsian. Juga supaya mereka dapat penghasilan. Sehingga tidak melulu mengandalkan jaminan hidup dari pemerintah. Sebab, pemerintah juga tidak mungkin memberikan jaminan hidup seterusnya.

Senada Sutopo, pemerintah masih menghitung total kebutuhan hunian sementara (huntara) untuk tempat tinggal korban. Dari hasil penghitungan sementara huntara akan diprioritaskan untuk 23.431 keluarga yang rumahnya terdata rusak berat. Data itu masih perkiraan, karena pendataan rumah rusak berat, sedang, dan ringan masih berlangsung. ”Pendataan rumah oleh dinas PU (Pekerjaan Umum, Red) setempat,” jelas dia.

Bacaan Lainnya

Ada rencana Kementerian PUPR untuk membangun 1.200 unit huntara yang bisa menampung 14.400 keluarga. Sedangkan sisa 9.013 keluarga lainya diharapkan bisa dibangun dengan bantuan masyarakat. Saat ini yang telah terbangun 100 unit huntara dari Pemda Jawa Tengah; Baznas sudah membangun 200 dari rencana 2.000 unit; PMI telah membangun 10 kamp terpadu untuk 1.739 keluarga; serta sinergi BUMN terdiri atas BNI, BTN, PT. Telkom Indonesia, PT. Wijaya Karya, dan PT Waskita Karya akan membangun 1.500 unit Huntara.

Sutopo mengungkapkan dana siap pakai untuk penanganan bencana di Sulteng itu Rp 750 miliar dan berada di Kementerian Keuangan. BNPB yang membuka nomor rekening bantuan dari luar negeri baru menerima Rp 25 miliar. “Total dana yang dibutuhkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi masih dihitung,” jelas dia.

Dari data BNPB, hingga penghitungan 23 Oktober, total kerugian dan kerusakan akibat gempa Sulteng mencapai Rp 15,29 triliun. Kerugian paling besar di Palu sekitar Rp 7,6 triliun, Sigi Rp 4,9 triliun, Donggala Rp 2,1 triliun, dan Parigi Moutong Rp 631 miliar. ”Data masih bisa bertambah. Karena tim di lapanga masih menghitung,” kata dia.

Hingga kemarin, masih ada daerah empat kecamatan di Sigi yang masih terisolasi karena akses yang sulit. Jalan menuju ke empat kecamatan di Lindu, Kolawi, Kolawi Selatan, dan Titikor itu terputus akibat longsor. Bantuan diberikan lewat udara menggunakan Helkopter MI8 yang bisa mengangkut hingga 5 ton bantuan. ”Curah hujan yang tinggi juga jadi ancaman baru karena bisa mengakibatkan longsor, banjir, dan banjir bandang. Terutama untuk lereng-lereng yang sebelumnya terimbas gempa,” ungkap Sutopo.

 

(jun/syn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *