Menelusuri Kampung Melayu Tersisa di Kuala Lumpur

FOTO: HILMI SETIAWAN/JAWA POS BERUMUR SATU ABAD LEBIH: Rumah Cikgu Amir di Kampung Bharu, Kuala Lumpur, yang berlatar belakang Menara Kembar Petronas.

RADARSUKABUMI.com – Kampung Bharu masih dipenuhi rumah-rumah panggung khas Melayu. Wartawan Jawa Pos M. HILMI SETIAWAN menelusurinya sampai ke bagian kampung yang menjadi surga kuliner Malaysia dan Indonesia akhir pekan lalu.

DENGAN ramah, Safar mempersilakan berkeliling di seputar rumah panggung itu. Pria dari Belawan, Medan, Sumatera Utara, tersebut hanya berpesan satu hal: jangan masuk ke bagian panggung. ”Cikgu Amir khawatir nanti rumahnya roboh,” katanya kepada Jawa Pos.

Cikgu Amir adalah majikan Safar, pemilik rumah adat khas Melayu di Kampung Bharu, Kuala Lumpur, Malaysia, tersebut. Pria 81 tahun yang berprofesi sebagai pengajar itu sedang bekerja saat Jawa Pos mampir ke sana Jumat lalu (11/1).

Ada 12 rumah khas Melayu di kampung tersebut. Namun, rumah Cikgu Amir bisa dibilang paling menonjol di kampung yang disebut sebagai kampung Melayu tersisa di Kuala Lumpur itu. Selain karena faktor usia yang sudah mencapai lebih dari satu abad, juga luas lahannya.

Dari jauh, rumah yang berdiri di lahan yang berukuran 8 x 100 meter tersebut terlihat seperti baru. Namun, ternyata itu karena baru dicat. Jika dilihat dari dekat, lubang rayap berada di mana-mana.

Khususnya di bagian daun jendela. Bahkan, beberapa daun jendela sudah tidak bisa ditutup rapat. Sebab, ada beberapa bagian yang terlepas di sisi-sisinya. Tiang penyangga rumah cikgu sudah diganti menjadi beton cor. Sebab, kolong rumah dipakai untuk kontrakan sebanyak empat pintu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *