Mengenang Balap Sepeda Asal Sukabumi Hendrik Brocks ‘Sang Macan Asia’ (2 habis)

Dedi Hendrayana Gunawan
Dedi Hendrayana Gunawan menunjukan kamar ayahnya Hendrik Brocks 'Sang Macan Asia' yang menyimpan satu sepeda yang pernah dipakai anak didiknya di ajang Sea Games.

Sempat Ikut Jejak Sang Ayah, Kini Hanya Bekerja Sebagai OB di Rumah Sakit

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Mungkin pepatan ini cocok disematkan kepada Dedi Hendrayana Gunawan. Pria berusia 52 tahun ini, merupakan anak dari sang legenda Pembalap Sepeda asal Sukabumi Hendrik Brocks. Meski berstatus anak dari pembalap sepeda yang dijuluki Macan Asia, ternyata karir Dedi tak semulus sang ayah.

RIZKI TAUPIQ, Sukabumi

Deretan medali dan penghargaan termampang menghiasi dinding-dinding rumah almarhum Hendrik Brocks sang atlet Bapal Sepeda. Dengan ornamen warna putih, membuat deretan foto serta piagam penghargaan semasa karir sang Macan Asia nampak terlihat begitu mencolok.

Dibalik dinding rumah sederhana itu pula lah Dedi Hendrayana Gunawan besar bersama sang ayah. Dirinya pun mulai berbagi cerita tentang foto-foto tersebut. Mulai dari Saat bapaknya masih muda foto bersama pelatihnya dari Jerman. Lalu ada juga saat menerima penghargaan pada tahun 2020 dari Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Marciano Norman Letnan Jendral TNI.

Dedi sendiri sampat mengikuti jejak bapaknya menjadi pembalap sepeda juga. Namun karirnya tidak begitu mulus. Prestasinya hanya sampai Pelatihan Nasional (Platnas) Sea Games Kuala Lumpur pada tahun 1989. “Saya selama Platnas itu enam bulan dan juga sudah diumumkan. Tetapi setelah seminggu mau selesai, tiba-tiba nama saya tidak masuk tim,” bebernya.

Tentunya sebagai seorang anak legenda, dirinya merasa kecewa. Karena bagaimanapun, Dedi berharap bisa meneruskan prestasi yang sudah diraih sang ayah.

“Saya tidak tahu alasan pelatih (mencoret namanya). Saya pun langsung bergegas pulang dengan penuh rasa kekecewaan. Disitulah saya berhenti sebagai pembalap. Namun saya juga pernah ikut PON sebanyak empat kali,” lanjutnya. Kini, pria yang memiliki satu orang anak ini hanya bekerja sebagai OB di Rumah Sakit milik Pemkot Sukabumi.

Persatasi yang pernah di raihnya yakni Juara 3 tour Jakarta-Sukabumi, lalu Sukabumi-Bandung Juara 5, di kelas junior. Kemudian tour tingkat antar provinsi yang pernah di ikutinya, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, dan Bali.

“Semasa dilatih sama bapak, sangat disiplin, tegas, tidak pernah memanjakan. Bahkan sama anak didik yang lainya juga dijuluki healder, karena begitu galak,” tambah Dedi.

Berkat dari didikannya itu, telah banyak melahirkan pembalap hebat-hebat juga. Selain itu, di dalam kamarnya yang biasa di pakai tidur beliau, terdapat satu buah sepeda koleksinya.

“Tetapi sepeda itu bukan yang pernah dipakai saat mengikuti kejuaraan. Sepeda tersebut pernah digunakan oleh anak didiknya Dony asal Sukabumi di ajang Sea Games,” tuturnya.

Sepeda itu pun akan diabadikan sebagai kenangan Hendrik Brocks dan pada 15 tahun lalu mendapat apresiasi langsung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI dengan diberi satu rumah. “Bapak memberikan satu wasiat, ketika dia nanti meninggal, meminta ingin dimakamkan berdekatan dengan almarhum bapak atau kakek nya,” tutupnya.(*)

Pos terkait