Belajar Mencintai Bahasa dari Remy Sylado dan Ivan Lanin

Cara penyampaian mungkin berbeda. Tapi, ada satu hal yang menjadi benang merah antara Remy dan Ivan: komitmen dan kecintaan pada bahasa. Ivan memutuskan untuk menyeriusi belajar bahasa Indonesia sejak menjadi wikipediawan pada 2006. Dia memilih otodidak. Belajar dari buku-buku. ’’Di rumah saya ada selemari buku tentang bahasa,’’ ungkap pria berdarah Minang itu dalam perbincangan lanjutan dengan Jawa Pos setelah diskusi.

Pengetahuan itu pula yang dia bagi dalam diskusi. Pria yang mengelola perusahaan konsultan manajemen risiko tersebut, antara lain, membeberkan perkembangan bahasa Indonesia dari masa ke masa. Ivan menyinggung sejarah ejaan Soewandi pada era 1940–1972, kemudian dilanjutkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), dan yang terbaru menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) pada 2015.

Dalam ejaan Soewandi, kata yang diulang itu ditulis dengan angka 2. ’’Contohnya, kupu-kupu ditulis kupu2. Jadi, kalau ada teman yang menulis seperti itu, berarti dia hidup di era 1940-an,’’ ucapnya disambut tawa peserta. Tentang pilihan keteraturan dalam bahasa, menurut Ivan, hal itu tak lepas dari latar belakang dirinya sebagai pengelola perusahaan. ’’Setiap hari saya berurusan dengan angka. Jadi, dituntut untuk teratur,’’ katanya.

Tapi, salah kalau kemudian menganggap Ivan sebagai polisi bahasa. Sosok yang tak bisa guyon dalam berbahasa. Edi Mulyono yang mengenal baik Ivan mengaku, dirinya rutin menyimak berbagai cuitan Ivan di Twitter. Dan, tak sedikit yang disampaikannya dalam gaya alay yang mengundang tawa. ’’Tapi, justru itu yang dibutuhkan sekarang. Orang seperti Uda Ivan ini yang bisa mendekatkan bahasa Indonesia kepada generasi milenial,’’ katanya.

Menurut Edi, kritik yang disampaikan Remy harus didengar para penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dia juga punya keberatan-keberatan sendiri terhadap berbagai lema dalam kamus tersebut. Misalnya, lema ’’bidah’’. Tapi, di sisi lain, dia menganggap kaidah berbahasa masih menjadi kebutuhan. ’’Pada konteks bahasa, appreciate… eh apresiasi saya tinggi kepada KBBI. Saya tidak boleh ngomong appreciate di sebelah Uda Ivan,’’ ucap Edi disambut tawa keras peserta.

Pada akhir presentasi, Ivan juga memperlihatkan betapa kecintaan pada bahasa Indonesia tak sampai harus membuat seseorang jadi menafikan bahasa lain. Di slide presentasi dia berpesan, cintailah bahasa Indonesia, jangan lupakan bahasa daerah, dan kuasailah bahasa asing. ’’Seorang poliglot (menguasai banyak bahasa) biasanya selalu berwawasan luas,’’ katanya.

 

(*/c5/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *