Suyanto, dari Penjual Tahu ke Seniman Bonsai

RUMAH Suyanto berada di gang sempit. Di Jalan Kawi II, Mojoroto, Kota Kediri. Halaman nya hanya berukuran 7 x 7 meter. Namun, suasana yang tersaji sangatlah asri. Hijau dan menyejukkan. Ratusan tanaman bonsai terdapat di halaman rumah lelaki yang biasa disapa Yanto itu.

Jajaran tanaman yang sengaja dikerdilkan tersebut ibarat miniatur hutan belantara di tengah padatnya permukiman. ”Pohon-pohon ini saya ibaratkan pohon tua, tapi ukurannya diperkecil,” katanya.

Yanto dulunya adalah pedagang tahu keliling. Dia mengakhiri pekerjaannya itu lima tahun silam. Tepatnya pada 2013. Yanto bergelut dengan seni merawat tanaman model bonsai sejak 2007. Saat itu dia melihat satu tanaman bonsai di televisi.

Harganya cukup menggiurkan bagi dirinya. Padahal, tanamannya kecil. Sejak itulah Yanto kepincut. Dia sangat ingin memiliki. Yanto pun menggali informasi apa pun terkait seni yang berasal dari Jepang tersebut. Lantaran tak memiliki cukup uang untuk membeli, dia memilih mencari.

Kawasan hutan pun menjadi jujukan pria kelahiran 1977 itu. ”Saat itu saya mencarinya di hutan Wilis. Mendapat satu tanaman yang bisa dijadikan bonsai,” kenangnya.

Karena ketagihan dengan keindahan bonsai pertama miliknya itu, Yanto pun memperbanyak koleksi. Hingga membudidayakan sendiri dengan cara vegetatif. Yakni melakukan cangkok pada indukan tanaman koleksinya. ”Beberapa tahun masih sering cari di hutan. Tapi akhirnya mulai bisa budi daya sendiri,” ungkap Yanto.

Jenis bonsai yang dimiliki pria 41 tahun itu bermacam-macam. Berasal dari berbagai jenis tanaman lokal seperti serut, sisir, kiprik, beringin, dan santigi. Ada juga pohon asam hingga cemara.

Di antara beberapa jenis pohon tersebut, yang paling banyak adalah bonsai tanaman serut dan santigi. ”Sebab, kalau dibuat bonsai, serut dan santigi hasil dan kualitasnya lebih bagus,” terang ayah dua anak itu.

Yanto menyebutkan, perawatan memang bisa dipelajari. Namun, seni untuk membentuknya menjadi bonsai adalah hal yang sulit. Penjiwaan seni untuk membentuk bonsai sangat diperlukan.

”Menjiwai sebuah tanaman agar tampil maksimal seperti di alam itu penting. Hal itu agar sebuah objek yang dibentuk bisa terkesan hidup,” tutur dia.

Yanto paling sering membentuk bonsai karena terinspirasi dari alam. Setiap melakukan perjalanan ke suatu tempat, bila melihat pohon besar, dia pasti akan menirunya. Dari hal sederhana tersebut, pria asli Kota Kediri itu mengaplikasikannya pada salah satu bonsai yang dimiliki.

Yang membuat bonsai mahal, menurut dia, adalah prosesnya yang bisa memakan waktu 10 hingga 20 tahun. Selain bonsai, Yanto memproduksi pot yang dikerjakannya sendiri.

 

(*/fud/c9/diq)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *