Kampanye #Sawitbaik: Penting untuk Menjaga Perekonomian Indonesia dan Regenerasi Petani Sawit

 

SUKABUMI – Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sukabumi (Faperta UMMI), Amalia Nur Milla menyatakan dukungannya untuk kampanye #SawitBaik.

Pernyataan tersebut disampaikan usai mengikuti Focus Group Discussion Sawit Baik di Swisbell Hotel Bogor, Kamis (2/11). Kegiatan ini dinisiasi oleh Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia (YPPIP) di bawah Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Ilmu Pertanian Indonesia (APTS-IPI) bekerjasama dengan DMD Global dan BPDPKS.

Amalia menyatakan bahwa pentingnya Kampanye Sawit Baik ini bagi perekonomian Indonesia dan regenerasi petani sawit.

“Kampanye negatif terhadap sawit marak di luar negeri, berbagai produk yang menggunakan minyak kelapa, minyak biji matahari, minyak zaitun banyak yang mencantumkan pesan senza olio de palma yang artinya tidak mengandung minyak sawit. Minyak sawit dianggap menyebabkan kolesterol, merusak lingkungan, menghabiskan air dan unsur hara, menyebabkan konflik lahan dan lain sebagainya, merupakan kampanye negatif terhadap sawit,” ungkap Amalia kepada Radar Sukabumi, Jumat (3/11).

Padahal menurut perempuan ramah berkerudung itu, sawit mensupport devisa negara yang sangat besar.

“Kampanye positif ini juga penting karena saat ini petani sawit masih didominasi oleh petani tua, kampanye negative akan berdampak terhadap berkurangnya minat generasi muda menjadi petani sawit melenial, ” tegas Amalia.

Tidak hanya itu, kelapa sawit memiliki daya saing yang tinggi dan telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada perekonomian Indonesia. Sawit telah membuktikan keunggulan dalam banyak aspek, dari harga yang kompetitif hingga kualitas yang lebih baik, produktivitas yang lebih tinggi, dan manfaat yang lebih banyak dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.

Namun sejauh ini justru terbentuk framing negatif terhadap kelapa sawit, misalnya soal kelestarian lingkungan. Inisiasi mengangkat isu kelapa sawit muncul karena adanya kekhawatiran atas framing negatif yang ada di masyarakat.

Hal ini dijelaskan oleh Ketua YPPIP, Paristiyanti Nurwardani saat dimintai keterangan di sela acara.

“Kami ingin berkontribusi untuk negara, harus melakukan gotong royong untuk berkampanye bahwa sawit itu baik untuk ekonomi di Indonesia dan keberlanjutan tenaga kerja yang lebih kurang 16-20 juta,” kata Paristiyani Nurwardani saat menyampaikan sambutan dalam FGD Sawit Baik di Swisbell Hotel Bogor, Kamis (2/11).

Program pendidikan berkelanjutan dijelaskan Paris, akan dilaksanakan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

“Sebagaimana yang dikatakan Dirjen Guru dan Tenaga Pendidik Mendikbudristek, Prof. Nunuk, bahwa pendidikan berkelanjutan untuk membentuk sikap positif terhadap kelapa sawit akan masuk ke dalam kurikulum pendidikan,” katanya.

Paris menjelaskan bahwa pilot project akan dimulai pada semester awal tahun 2024 di 5 wilayah sentra kelapa sawit di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Program ini akan melibatkan ratusan perguruan tinggi yang tergabung di APTS-IPI, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Ilmu Pertanian Indonesia

“Mahasiswa tentu jadi salah satu garda terdepan, bagi pembentukan sikap positif terhadap sawit. Mahasiswa perlu dilibatkan dalam program kampanye kreatif melalui media digital misalnya sosial media di antaranya youtube, instragramdan media sosial lainnya, ” imbuhnya.

Program ini bekerja sama dengan berbagai stakeholder yang termasuk dalam pentaheliks, yaitu BPDP-KS (Badan Pengelona Dana Perkebunan Kelapa Sawit), APTS-IPI, media, Daya Mitra Bersama Global (DMB Global), Forum Komunikasi Pondok Pesantren, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, dan ilmuwan pertanian dari ratusan perguruan tinggi seluruh Indonesia.

Pada kesempatan ini, Dekan Fakultas Pertanian UMMI diminta sebagai pembahas bersama beberapa Dekan Faperta PTS Ilmu Pertanian di Indonesia. FGD juga melibatkan stakeholder pentaheliks, yaitu ilmuwan dari berbagai latar belakang terutama pertanian, lembaga pemerintah, industri, media, dan organisasi masyarakat. Berbagai narasumber yang dihadirkan pada FGD di antaranya dr. Jack Pradono Handojo, MBA., dan Prof. Bustanul Arifin (ketua Perhepi) dari kalangan mahasiswa terdapat narasumber dari Popmasepi (Perhimpinan Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia).

FGD membahas tiga tema yaitu Isu Sosial, Lingkungan, dan Kesehatan pada Industri Kelapa Sawit Indonesia, Menggali Potensi Kelapa Sawit, dan Tata Laksana Pembentukan Sikap Positif Masyarakat terhadap Kelapa Sawit Melalui Sistem Pendidikan Berkelanjutan.(*/sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *