Guru SMAN 3 Sukabumi Mengajar dengan Bahasa Sunda, Baju Adat Peringati Hari Bahasa Ibu Internasional

Guru-guru di SMAN 3 Kota Sukabumi
Guru-guru di SMAN 3 Kota Sukabumi saat mengajar Bahasa Sunda.

SUKABUMI – Siswa dan juga Guru SMAN 3 Sukabumi antusias memperingati Bahasa Ibu Internasional atau Mieling Poe Basa Indung Internasional yang diperingati setiap 21 Februari itu.

Untuk memperingati hari Bahasa Ibu Internasional para Siswa dan Guru SMAN 3 Sukabumi memakai baju adat dan berkomunikasi dalam Bahasa Sunda.

Bacaan Lainnya

Kepala SMAN 3 Sukabumi Zhairy Andhryanto berharap, dengan diperingatinya Hari Bahasa Ibu Internasional atau Mieling Poe Bahasa Indung Internasional ini pihaknya berharap seluruh peserta didik SMAN 3 Sukabumi bisa melestarikan budaya Sunda yang selama ini sudah mulai luntur terutama di kalangan millenial.

“Harapnnya kegiatan ini bukan hanya sekadar seremonial tetapi siswa dan guru bisa meresapi dan mencintai budaya terutama budaya Sunda seperti pakaian, bahasa serta menjungjung tinggi nilai-nilai karakter budaya Sunda,” terangnya.

Sebagai generasi millenial Zhairy juga berpesan kepada para siswanya agar tidak malu berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda, tetapi harus lebih bangga tentunya bahasa yang digunakan Bahasa Sunda yang baik dan benar.

“Tidak boleh malu tetapi justru bangga maka dari itu di peringati Hari Ibu ini kita semua guru dan murid berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda, meski untuk sekarang pembelajaran menggunakan pembelajaran jarak jauh atau online,” imbuhnya.

SMAN 3 SukabumiSementara itu, Guru Bahasa Sunda SMAN 3 Sukabumi, Caca Danuwijaya menuturkan jika hampir 60 persen ia mengalami kendala dalam mengajar Bahasa Sunda.

“Kendalanya banyak siswa yang memang di rumahnya terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia sehingga terkadang saat mengajar langsung menggunakan Bahasa Sunda banyak anak yang tidak mengerti, maka dari itu ketika mengajar saya harus menggunakan dua bahasa Sunda dan diterjemahkan Bahasa Indonesia,” ujarnya.

Ia pun berharap dengan memperingati Hari Ibu Internasional ini, tidak hanya sekedar seremonial tetapi juga bisa dipahami dan dilestarikan setiap harinya.

“Bagaimana pun bahasa bentuknya adalah komunikasi yang harus dipahami oleh pasangan, penutur dan penyaturna dan pendengarnya harus tetap belajar jangan ada gengsi atau era pake bahasa Sunda karena itu karuhun kita,” pungkasnya. (wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *