Pemdes Parakanlima Kembangkan Tanaman Porang

CIKEMBAR – Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi warga di masa pandemi, pemerintah Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar, melakukan terobosan baru dengan menggandeng para petani milenial untuk menanam porang.

Kepala Desa Parakanlima, Mirwanda mengatakan, pemerintah desa sengaja mendorong petani milenial untuk mengembangkan tanaman porang yang memiliki nilai jual tinggi dan berpotensi meningkatkan perekonomian petani. Terlebih lagi, saat ini tanaman porang banyak diburu untuk memenuhi kebutuhan eskpor.

Bacaan Lainnya

Untuk itu, salah satu terobosan pemerintah desa yang tengah dipimpinnya itu, kini pemerintah Desa Parakanlima tengah mencetak banyak petani milenial yang inovatif, mampu melewati tantangan dan mengkoneksikan pasar ekspor.

“Alhamdulillah, kita sekarang baru membuka lahan seluas empat hektare untuk ditanami porang bersama para petani milelinal. Tentunya, ini selain mendongkrak pertumbuhan ekonomi warga di masa pandemi, juga untuk mengimplementasikan program Pak Jokowi dan Pak Gubernur dalam mengembangkan potensi para petani milenial. Kita mendapatkan ide ini terebih lagi, pemerintah pusat juga sedang menggalakan program budidaya tanaman porang. Mudah-mudahan bisa jadi komiditas ekspor dan kita mengaet pentani muda atau petani milineal,” jelas Mirwanda kepada Radar Sukabumi pada Senin (07/06/2021).

Untuk proses penjualan porang, sambung Mirwanda, para petani milenial tidak perlu ragu. Karena, baru di tanam saja tanaman yang memiliki nama latin Amorphophallus Muelleri Blume ini, sudah banyak yang mencari dan banyak yang datang dari berbagai daerah ke lokasi tanaman tersebut.

“Kami akan terus meningkatkan budidaya porang ini dalam berbagai aspek salah satunya dalam pengamanan produksi porang. Iya, makanya kita menggaet para petani milenial di daerah ini, untuk bersama-sama mengembangkan tanaman porang,” paparnya.

Dari lahan seluas empat hektare ini, ujar Mirwanda, diprediksi per panennya dapat menghasilkan sekitar 360 ton. Tanaman yang merupakan tanaman jenis umbi-umbian ini, sangat dicari untuk kebutuhan ekspor ke Negara Cina dan Jepang untuk dibuat beras sirate, bahan baku lem pesawat, makanan rendah karbohidrat dan lainnya.

“Untuk itu, setalah di panen, petani milenial langsung membuat cip atau diiris seperti dibuat keripik. Setelah itu, disalurkan ke pengepul. Nah, dalam satu kilogram cipnya itu estimasi harganya kurang lebih Rp60 ribu karena sudah tidak ada kadar airnya,” bebernya.

Ia bersama para petani milenial di wilayah tersebut, sudah berlangsung delapan bulan menggeluti budidaya tanaman porang, mulai dari masa penyemaian hingga penanaman. Meski baru setengah tahun lebih menggeluti tanaman tersebut, tetapi para petani milenial ini bukan hanya dicari oleh kalangan para pengusaha atau pengepul eskpor saja. Namun, juga telah menyita perhatian dari Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi melalui Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cikembar.

“Peran serta dari pemerintah daerah melalui dinas pertanian kita sudah komunikasi dengan PPL dan mereka merespon sekali serta bahwasannya mereka tetap menodorng budidaya tanaman porang yang tengah dikembangkan oleh kalangan petani milenial,” imbuhnya.

Sementara itu, salah seorang petani milenial Randi (24) asal warga Kampung Cigarung, RT 02/07, Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar mengatakan, ia telah mengetahui untuk menggeluti budidaya tanaman porang ini, setelah melakukan komunikasi dengan Kepala Desa Parakanlima. Karena, dinilai menggiurkan akhirnya ia bersama para petani milenial lainnya, langsung melakukan percobaan untuk mengambangkan tanaman tersebut.

“Saya sudah ada sekitar delapan bulan menanam porang ini dan baru sebagian di panen pada periode pertama. dari satu tanaman itu, baru ada satu sampai dua kilogram saja dan itu belum maksimal. Kalau proses masa tanam sampai panen rayanya, sih sebenarnya ada sekitar dua tahun. Namun, untuk penjualannya tidak tentu paling kecil Rp7 ribu per kilog dan paling besar Rp15 ribu per kilonya,” katanya.(den/d)

Pos terkait