Duduk Perkara Siswa SD Tewas Ditangan Kakak Kelasnya, Pengeroyokan Masih Tanda Tanya

SD-di-wilayah-Kecamatan-Sukaraja
SUASANA : Kondisi suasana sekolah korban pengeroyokan yang menewaskan seorang siswa kelas II SD di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.

SUKABUMI — Kasus meninggalnya siswa kelas II SD diduga usai dikroyok kakak kelasnya di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi masih menyisakan tanda tanya.

Bahkan sampai hari ini, kepolisian masih belum bisa memastikan apakah akan ada tersangka dalam kasus yang membuat rusaknya dunia pendidikan di Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Yang jelas sudah 15 Saksi yang diperiksa termasuk teman-teman korban dan siswa yang diduga menjadi pelaku kekerasan.

Terbaru, Pengawas Bina Kecamatan Sukaraja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Sukabumi, dan unsur pemerintah melakukan rapat membahas masalah ini.

“Kami bersama pihak sekokah sudah sepakat akan kooperatif memberikan keterangan yang dibutuhkan Kepolisian untuk mengungkap kasus tersebut. Untuk kepentingan pemeriksaan pihak kepolisian, dua orang guru di sekolah ini sudah dimintai keterangan oleh kepolisian,” kata Pengawas Bina Kecamatan Sukaraja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Ahmad Yani kepada Radar Sukabumi pada Senin (22/05).

Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi awal mula mengetahui kejadian tersebut, bermula dari laporan pihak kepala sekolah. Setelah itu, ia selalu sepanjang tangan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi langsung memintai kejelasan dari informasi tersebut melalui WhatsApp Grup sekolah.

“Nah, pada Rabu (17/05) sekira pukul 11.00 WIB, guru kelas 2 A kedatangan nenek MHD yang menerangkan, bahwa korban tidak bisa masuk sekolah karena akan dirawat, sekaligus Pak Johan selaku guru kelas 2 ini melaksanakan laporan kepada ibu kepala sekolah,” bebernya.

Sewaktu nenek korban mendatangi pihak sekolah, mereka melaporkan bahwa cucunya ini, mengalami sakit karena disebabkan pukulan oleh siswa atau temannya di sekolah. Setelah itu, guru kelas korban langsung ke rumah sakit untuk melakukan pendampingan pada Rabu (17/05) sore.

“Jadi, pihak sekolah ini respect ketika ada laporan dari neneknya mau dibawa ke rumah sakit, malah pihak sekolah diwakili oleh guru kelas 2 atau wali kelasnya, langsung mendampingi. Intinya, kami dari pihak sekolah itu tidak mengabaikan atau tidak melalaikan. Tapi respect,” tandasnya.

Setelah itu, pada Jumat (19/05) ia berkumpul bersama para guru untuk memperjelas ada tidaknya kejadian tersebut di lingkungan sekolah. Pertemuan tersebut, sengaja ia lakukan lantaran sampai Kamis (18/05) itu, belum diketahui telah terjadi penganiayaan atau pengeroyokan maupun siswa yang berkelahi.

“Jadi, rapat sampai Jumat (19/05) itu, sama tidak ada kejadian di sekolah itu. Karena dalam hal ini, bisa disaksikan oleh semuanya, bahwa bangunan sekolah itu sempit, tentunya jumlah siswa banyak. Kalaupun siswa ada yang dipukul mungkin berteriak, nangis dan yang kedua ditindaklanjuti melapor kepada gurunya,” ujarnya.

Dikarenakan pihak sekokah tidak mengetahui ada kejadian tersebut, akhirnya tidak lama setelah itu, ia memanggil pihak keluarga korban. Pada kesempatan itu yang datang ke sekolah merupakan kakek, paman dan nenek korban.

“Mereka menjelaskan bahwa, korban dipukuli oleh siswa berinisial AA di jam istirahat. Pihak korban minta pertanggungjawaban pihak sekolah untuk mengambil tindakan,” bebernya.

Setelah mengetahui kejadian tersebut, ia bersama pihak sekolah datang untuk menengok korban ke rumah sakit pukul 13.00 WIB, ia mengaku prihatin melihat korban dengan kondisi sangat mengkhawatirkan yang di pasang alat-alat dan tidak bisa ditanya.

“Nah, pada pukul 17.00 WIB dapat WhatsApp dari Pak Johan. Bahwa, korban kritis. Kami langsung ke rumah sakit Hermina, kondisi anak dipasang alat karena mau ada tindakan observasi dari dokter,” imbuhnya.

Sekira pukul 21.00 WIB, ia bersama para guru sekolah pulang dari rumah sakit. Sewaktu hendak pulang, ia melihat kondisi anak tengah tertidur diberi obat penenang.

“Tapi, kalau Pak Johan menginap di rumah sakit. Jadi, tetap anak dikawal. Nah, pada Sabtu (20/05) pukul 08:00 WIB, saat kami sedang menghadiri lomba di Cisaat, lalu ada telepon bahwa korban yang kemarin dirawat sudah meninggal dunia. Kami menuju lokasi dan ikut mensalatkan dan memakamkan juga,” jelasnya.

Pos terkait