Berpotensi Gempa Susulan

Gempa-Pandeglang

Sementara itu, Kepala Pelaksanaan (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Wawan Gonawan kepada Radar Sukabumi mengatakan, hasil dari pantauan petugas dilapangan hingga saat ini belum ada laporan kerusakan yang terdampak dari guncangan gempa tektonik berkekuatan magnitudo 6,7 SR tersebut.

“Selain itu, kondisi air di laut Selatan Sukabumi juga masih dinilai normal,” kata Wawan kepada Radar Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Meski demikian, BPBD Kabupaten Sukabumi menghimbau kepada seluruh warga Kabupaten Sukabumi, untuk meningkatkan kewaspadaanya.

Salah satu dengan mitigasi bencana, mengenal, belajar potensi kerawananan dan cara menghadapi, menghindar dari bencana yang ditimulkan dari guncangan gempa bumi itu tersebut.

“Intinya warga harus siap siaga. Terlebih lagi, barusan juga kan ada gempa bumi susulan. Tapi, kekuatan gempa buminya menurun, jika dibandingkan dengan guncangan gempa yang pertama.

Sekarang BPBD juga sedang melakukan monitoring ke setiap wilayah melalui P2BK yang bertugas di setiap wilayah. Namun, sampai saat ini kami belum menerima laporan apapun akibat dari guncangan gempa itu, baik rumah ambruk maupun insident lainnya,” pungkasnya.

BPBD Kota Sukabumi juga menyebutkan hingga pukul 15.19 WIB belum mendapatkan laporan adanya kerusakan akibat guncangan gempa bumi berkekuatan 6,7 magnitudo yang berpusat di Selatan Banten.

“Hingga sore ini kami belum menerima adanya laporan kerusakan akibat gempa bumi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Imran Wardani.

Kendati demikian, petugas BPBD secara mobile melakukan pengecekan. “Petugas hingga saat ini tengah melakukan pengecekan di setiap wilayah. Tapi, sampai sekarang tidak ada laporan kerusakan,” ujarnya.

Imran meminta, jika terdapat kerusakan yang diakibatkan guncangan gempa bumi ini agar segera menghubungi pemerintah setempat. “Jika ada kerusakan warga diminta untuk segera melaporkannya agar bisa ditangani secepat mungkin,” pinta Imran.

Pihaknya menghimbau, warga tetap waspada terhadap semua potensi bencana yang terjadi. Jika terjadi gempa bumi, warga tidak boleh panik dan segera keluar rumah untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.

“Kami himbau warga tetap waspada dengan potensi bencana alam. Dan jika terjadi bencana bisa segera melaporkannya,” imbaunya.

Sementara itu, salah seorang penunggu pasien di RSUD Syamsudin SH, Rina Herlina (30) mengaku kaget saat terjadi guncangan gempa bumi tersebut.

“Saat kejadian saya tengah menunggu pasien di lantai tiga sehingga guncangannya cukup kuat dirasakan. Saya sudah pasrah saat itu, tapi alhamdulillah tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” singkatnya. (den/bam/t)

Sejarah Gempa dan Tsunami di Banten

1. Mei 1851: di Teluk Betung dan Selat Sunda pasca gempa kuat teramati tsunami setinggi 1,5 m.
2. 9 Januari 1852: terjadi gempa kuat selanjutnya terjadi tsunami kecil.
3. 27 Agustus 1883: terjadi tsunami dahsyat di atas 30 meter akibat erupsi Krakatau.
4. 23 Februari 1903: terjadi gempa M 7,9 berpusat di selatan Selat Sunda yang merusak di Banten.
5. 26 Maret 1928: terjadi tsunami kecil yang teramati Selat Sunda pasca gempa kuat.
6. 22 April 1958: terjadi gempa kuat di Selat Sunda diiringi dengan kenaikan permukaan air laut/tsunami.
7. 22 Desember 2018: Selat Sunda dilanda tsunami akibat longsoran Gunung Anak Krakatau.
8. 2 Agustus 2019: terjadi gempa M 7,4 yang merusak di Banten dan berpotensi tsunami.

*Sumber: BMKG

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *