Cegah Kacacingan Dinkes Galakkan POPM

SUKABUMI— Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi memberikan obat kecacingan gratis kepada puluhan pelajar SD Kota Sukabumi. Hal tersebut dalam upaya membantu terealisasinya program Pemberian Pencegahan Obat Pencegahan Masal (POPM). Sehingga anak-anak bisa sehat aman dan tidakterkena penyakit kacacingan.

“Bagaimana caranya biar obat ini terkonsumsi oleh anak-anak sehingga anak-anak tidak terkena penyakit kacacingan. Obat kan biasanya engga enak. Namun obat ini manis jadi anak-anak suka, kaya permen. Sehingga program pemerintah bisa terealisasi, ” aku Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Ritanenny, kepada Radar Sukabumi, kemarin (9/10).

Bacaan Lainnya

Pihak dinkes mengaku belum mempunyai data secara real jumlah penderita kacacingan yang ada di Kota Sukabumi, namun secara nasional penderita cacingan masih banyak.

“Preparansi penyakit ini, kita engga bisa hitung secara angka. Namun menang cukup tinggi dibandingkan dengan negara maju,” jelasnya.

Menurut Rita, program ini juga berjalan dengan baik jika masyarakat berprilaku Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam keseharian.

Ritta mengklaim bahwa mayoritas penderita kacacingan rentan terkena pada anak usia tiga sampai 12 tahun. Namun pada orang dewasa pun tidak menutup kemungkinan bisa terkena.

“Dampak dari kacacingan itu berpengaruh pada produktifitas kesehatan, kemampuan belajar juga bisa menurun. Karena darah pun terganggu bisa meninbukan lemes juga,” terangnya.

Ideal program pemberian kacacingan ini diberikan enam bulan sekali untuk dewasa lanjut Ritta. Sedamgkan untuk anak-anak bisa satu tahun sekali. Dan itu telah diklinisi.

“Sebelumnya kami sosialisasi dulu sama guru, sehingga guru mendata. Pemberian obat pun disesuaikan dengan berat badan dan usia. Untuk anak kecil satu tablet, kalau dewasa bisa satu setengah tablet,” paparnya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Lulis Delawati menyebut, Penyakit kecacingan ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminthiasis (STH) dan dikenal dengan istilah cacing perut.

Hal ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius di daerah beriklim tropis. Terlebih dengan sanitasi yang tidak kuat dan tidak higienis.Tiga jenis cacing yang sering menginfeksi anak dan menyebabkan efek yang tidak baik untuk anak usia prasekolah atau sekolah adalah cacing gelang (ascaris Lumbricodeis), cacing tambang (Ancylostoma duedenale dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris trichiura).

Infeksi kecacingan menyebabkan morbiditas dan kadang menyebabkan kematian karena status gizi yang buruk, merusak kognitif, menimbulkan sindrom klinis yang terkait dengan migrasi cacing, obstruksi usus, radang usus besar dan dubur. Dari banyak survei prevalensi yang telah dilakukan di kabupaten/kota di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan lebih dari 20 persen.

“Efek samping dari infeksi cacing usus diharapkan dapat dibatasi pada proporsi populasi yang lebih kecil yang memiliki densitas cacing yang tinggi termasuk filariasis, sehingga segmen populasi dapat dijangkau dengan pengobatan massal,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi menyebutkan bahwa prefelensi kacacingan di Sukabumi masih banyak, mengingat pola PHBS-nya masib belum berjalan secara maksimal dan belum membudaya.

“Mudah-mudahan tahun ini bisa bebas dari kacacingan, namun pola PHBS nya harus dirubah di masyarkat baik di sekolah maupun di rumah setiap lokasi,” ucapnya.

Menurut fahmi semua daerah rawan terjadi kacacingan sehingga tidak diprediksi dan disebutkan daerah mana yang paling banyak terkena kacacinga.

“Semua daerah mempunyai potensi kacacingan, kita engga bisa menyebutkan daerah ini, daerah itu yang paling rawan,” tutupnya. (cr11/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *