Khalistan Rashtra

Dahlan iskan
Dahlan iskan

Oleh: Dahlan Iskan

ASPIRASI Hindu Rashtra menimbulkan reaksi di utara: ada yang ingin memisahkan diri dari India. Khalistan Rashtra. Keinginan kelompok besar itu agar India resmi menjadi negara Hindu, disambut gerakan agar Khalistan menjadi negara Sikhs.

Khalistan adalah wilayah yang didominasi umat Sikhs. Ada satu aliran besar dalam Sikhs. Mereka menyebut diri sebagai Khalis. Khalistan berarti negaranya orang Khalis. Aliran ini sangat kanan. Mereka ingin orang Sikhs harus menjalankan syariat secara murni. Itu semacam gerakan pemurnian ajaran Sikhs. Termasuk harus melaksanakan aturan: tidak boleh makan daging yang binatangnya disembelih secara salah.

Bacaan Lainnya

Selasa lalu timbul peristiwa berdarah di wilayah itu. Di kota kecil Ajnala. Sekitar satu jam dari Amritsar, ke arah utara. Atau sekitar 1,5 jam dari pusat Islam Ahmadiyah.

Saya mengenal baik wilayah ini. Tiga hari tinggal di Amritsar, sebelum pandemi, membuat saya amat terkesan. Lalu bisa membayangkan dinamika yang ada di sana. Apalagi ditambah tiga hari lagi berada di kawasan yang sama, di sisi Pakistannya.

Sebenarnya dari satu sisi ke sisi lain itu saya cukup jalan kaki 10 menit. Menyeberangi perbatasan yang satu hamparan datar. Tapi hari itu, untuk bisa ke sana, saya harus naik pesawat dari New Delhi ke Lahore lewat Singapura.

Selasa lalu, kantor polisi Ajnala dikepung massa yang beringas. Besar sekali. Kantor polisi diduduki. Mereka berhasil menerobos barikade. Tiga personel polisi terluka. Massa membawa senjata berupa pedang, tongkat dan batu. Mereka juga membawa simbol-simbol agama, termasuk gambar besar pemimpin aliran mereka: Amritpal Singh.

Massa menuntut agar seorang pengikut Khalis yang sedang ditahan dibebaskan. Yang ditahan itu seorang petani kecil tapi juga aktivis militan Khalis. Namanya: Lovepreet Singh. Ia pemberani. Panggilan sehari-harinya: Toofan.

Di sana, panggilan Toofan memang biasa diberikan kepada siapa saja yang pemberani. Di daerah itu ada orang serupa bernama Aziz Ali. Maka ia dipanggil Toofan Ali.

Toofan ditahan atas pengaduan aktivis Sikhs juga: Barinder Singh. Barinder merasa diculik, dipukul dan dompetnya dicuri. Dompetnya sendiri tidak penting, tapi ada uang di dalamnya.

Maka Toofan dikenakan pasal 365, 379, 323, dan 149 KUHP India. Culik, curi, cukil, culas.

Tentu latar belakang sebenarnya adalah agama. Barinder Singh dianggap sering berbeda pandangan dengan Amritpal Singh. Barinder sering menerima ancaman: lewat WA.

Barinder, menurut laporannya, sedang naik mobil. Ia mau menuju satu tempat yang disepakati. Di tempat itulah rencananya akan dilakukan dialog. Mobil Barinder ternyata dicegat di tengah jalan. Ia dipukuli. Uangnya dicuri.

Ketika Toofan ditahan kerusuhan meledak di kantor polisi. Akhirnya Toofan dibebaskan. Setelah itu polisi mengurus prosedur pembebasannya. Polisi minta ke pengadilan Ajnala agar Toofan dibebaskan.

Di sana polisi tidak bisa membebaskan tahanan tanpa perintah pengadilan. Polisi harus mengajukan alasan mengapa minta pembebasan. “Pihak Amritpal mengirim bukti, saat pencegatan mobil itu Toofan tidak ada di sana,” ujar polisi seperti ditulis Tribune India pekan lalu.

Pemimpin aliran Khalis ini memang radikal. Anak muda. Umur 30 tahun. Lahir di Amritsar, Punjab. Tinggal di Dubai.

Tahun lalu Amritpal pulang. Ia didaulat untuk menggantikan pemimpin aliran Khalis yang meninggal mendadak: Deep Sidhu. Tokoh radikal ini meninggal akibat kecelakaan lalu-lintas.

Aliran Khalis (Khalsa), didirikan oleh Guru Gobind Singh. Ada luka yang dalam sebagai latar belakang pendirian aliran itu. Ayahnya jadi korban saat bagian utara India ini ditaklukkan kerajaan Islam, Mughal.

Setelah dinasti Mughal berakhir, Sikhs menguasai kembali kawasan itu. Di bagian lebih ke selatan kembali dikuasai Hindu.

Dinasti Mughal berakhir. Islam masih tetap besar di situ meski tidak lagi yang terbesar dan berkuasa.

Kelak, ketika India dan Pakistan terpisah, umat Islamnya tergopoh-gopoh pindah ke wilayah Pakistan. Hanya diberi waktu 24 jam. Ribuan orang meninggal dunia.

Khalistan Rashtra

Amritpal Singh dengan para pendukungnya di sebuah desa dekat Kapurthala di Punjab. -.V. Krishnan-TheHindu-

Hanya sedikit orang Islam yang bertahan di situ: orang-orang Ahmadiyah.

Sebaliknya, umat Sikhs dan Hindu yang ada di wilayah Pakistan pindah ke wilayah India. Juga tergopoh-gopoh. Hanya punya waktu 24 jam. Ribuan juga yang meninggal dunia.

Di zaman dinasti Mughal pendiri Khalis membuat pasukan kesatria khusus. Yakni untuk melindungi umatnya dari ancaman penguasa baru yang Islam. Lalu jadi sangat militan. Pun sampai ke soal pakaian. Bahkan nama belakang Singh diciptakan pada zaman itu: artinya baja. Yang wanita pakai nama Kaur. Artinya: Putri terhormat.

Aturan aliran Khalis ini juga ketat. Termasuk makannya harus halal versi mereka: tidak boleh makan daging yang dipotong perlahan. Itu tidak kutha. Daging yang boleh dimakan haruslah daging binatang yang matinya secara mendadak: sekali tebas atau sekali pukul. Si binatang tidak sadar kalau akan dimatikan.

Rokok juga dilarang. Alkohol dilarang. Selingkuh dilarang. Seks pranikah dilarang.

Orang-orang Sikhs aliran Khalis terus memperjuangkan kemerdekaan Khalistan. Pisah dari India.

Mana saja yang masuk wilayah Khalistan?

Dulunya adalah seluruh wilayah yang dominan penganut Sikhs: Chandigarh, Haryana, sampai Aghra di selatan, Punjab di barat dan Himachal Pradesh di utara –lereng gunung Himalaya.

Golongan Khalis yang lebih radikal sampai memasukkan wilayah Punjab-nya Pakistan ke dalam Khalistan. Bahkan mereka pernah merencanakan beribu kota di Lahore, kota besar di Pakistan.

Pos terkait