Karya Anak-Anak Tunanetra

MUSEUM tidak hanya bisa dinikmati oleh orang-orang biasa, tetapi juga anak-anak tunanetra. Ini yang mendasari diresmikannya Pojok Braille, salah satu fasilitas yang disediakan di Museum Huruf Jember. Seluruh koleksi aksara yang ditampilkan di sana diterjemahkan ke dalam aksara Braille.

Halaman depan Musem Huruf Jember tampak lebih ramai, Sabtu pekan lalu. Riuh oleh kehadiran para siswa dari SLB yang sengaja diundang untuk mengenal lebih jauh koleksi replika aksara-aksara yang ada di dalamnya. Namun, hampir seluruh pengunjung kali ini merupakan penyandang disabilitas, tepatnya tunanetra.

Bacaan Lainnya

Para siswa berseragam cokelat ini tampak antusias kala memasuki ruang koleksi aksara. Didampingi pemandu dan gurunya, mereka mendengarkan dengan cermat seluruh penjelasan mengenai sejarah dan ragam jenis huruf yang ditampilkan di sana. Untuk membantu visualisasi, pengelola mengizinkan mereka menyentuh langsung replikanya.

Ada sedikit perbedaan di ruang koleksi replika aksara di Museum Huruf saat ini. Di samping setiap relik yang dipajang, terdapat sebuah buku terjemahan masing-masing koleksi. Jika dibuka, sepintas memang tidak tampak tinta apa pun di dalamnya, namun berupa kertas dengan tonjolan kecil-kecil di dalamnya.

Inilah aksara Braille, salah satu fasilitas yang baru dirilis oleh pengelola Museum Huruf. Koleksi tulisan Braille yang disajikan merupakan bentuk terjemahan dari seluruh penjelasan yang terpajang.

“Bagi penyandang tunanetra yang ingin mengetahui sejarah dan penjelasan masing-masing aksara, selain dari pemandu, juga bisa dibaca lewat buku Braille ini,” ujar Ade Permana, pemilik Museum Huruf Jember ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *