Hingga Juli, Dinkes Kota Sukabumi Temukan 159 Kasus DBD

Ilustrasi DBD
Ilustrasi DBD

SUKABUMI – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, mencatat selama Januari hingga 10 Juli 2023 terdapat 159 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Drg Wita Darmawanti menjelaskan, dari jumlah total kasus yang ada rinciannya yakni, 43 Januari, 25 Februari, 22 Maret, 17 April, 22 Mei, 20 Juni dan 10 Juli. “Kasus DBD paling tinggi terjadi pada Januari dan Februari lalu dan Juli ini paling sedikit,” kata Wita kepada Radar Sukabumi, Jumat (28/7).

Bacaan Lainnya

Menurutnya, Dinkes tidak hentinya berupaya mengendalikan kasus DBD dengan mengajak masyarakat peduli terhadap kesehatan lingkungan di sekitar rumah untuk meningkatkan angka bebas jentik nyamuk (ABJ).

“Target angka bebas jentik Kota Sukabumi, pada tahun ini sebesar 95 persen,” ujarnya.

Dalam pengendalian kasus DBD ini, Dinkes mendorong masyarakat agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selanjutnya melaksanakan aksi pem- berantasan sarang nyamuk melalui 3M, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk.

Selanjutnya, menimbun atau mendaur ulang limbah barang bekas yang sudah tidak terpakai supaya tidak dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk.

“Untuk mencegah dari gigitan nyamuk aedes aegypti warga bisa mengoleskan cairan anti nyamuk di beberapa bagian tubuh saat beraktivitas di dalam dan luar rumah maupun hendak tidur. Mulai menanam tanaman pengusir nyamuk dan melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik(G1R1J),” terangnya.

Masyarakat juga diminta untuk bisa memahami seseorang yang mengalami gejala umum terserang DBD seperti mengalami sakit kepala, demam, nyeri pada otot, tulang atau sendi serta mual.

Selain itu muntah, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan ruam serta pada bagian kulit muncul bintik-bintik merah. Jika ada orang atau keluarga yang mengalami gejala seperti itu, maka harus segera membawa ke Puskesmas atau rumah sakit agar bisa segera ditanggulangi. “Karena ter- jadinya kematian pada pasien DBD akibat telat mendapatkan pengobatan dari medis,” tutupnya. (bam)

Pos terkait