Tangani Ribuan Banser, dari Yang Baru Lulus SMA sampai Yang Beruban
Selain dibantu 12 pelatih, Denny Malik menerapkan sistem mentor untuk melatih para anggota Banser. Tutup rapat gerakan apa saja yang disiapkan agar bisa menghadirkan kejutan di acara puncak besok.
M. HILMI SETIAWAN, Jakarta
DENNY Malik sudah biasa menangani pertunjukan tari kolosal. Tapi, tetap saja yang dia kerjakan untuk meramaikan puncak perayaan Seabad Nahdlatul Ulama (NU) hari ini (7/2) menghadirkan tantangan baru.
Selain jumlah orang yang terlibat jauh di atas pembukaan Asian Games 2018 yang juga dia pegang, rentang usia para penari di acara NU sangat berbeda. Saat Asian Games yang melibatkan 5 ribu penari, semuanya merupakan pelajar. Sebagian di antaranya merupakan profesional, sebagian lainnya amatir.
Nah, kali ini yang dia latih adalah para anggota Banser dengan rentang usia yang dia perkirakan 20 tahun sampai 60 tahun. Jumlah total mencapai 12 ribu orang.
”Saya perkirakan mulai lulus SMA sampai ada yang beruban,” tutur koreografer, penyanyi, sekaligus aktor itu di Jakarta pekan lalu.
Denny pun dibantu 12 pelatih untuk Seabad NU tersebut. ”Tidak mungkin saya melatih sendiri,” tutur Denny yang memulai karier sebagai penari dan koreografer di Sanggar Swara Mahardika di bawah bimbingan Guruh Soekarnoputra.
Proses latihan untuk pertunjukan kolosal di Stadion Delta, Sidoarjo, tersebut dijalankan secara bertahap. Sebab, 12 ribu orang Banser yang dilatih berasal dari sembilan kabupaten di Jawa Timur.
Pada tahap awal, Denny melatih 500 orang Banser sebagai mentor. Denny mengatakan, pemilihan mentor dilakukan dengan sistem audisi. Sejumlah personel Banser dilihat langsung kemampuan koreografinya. ”Selain dari Gresik, ada dari Pasuruan dan Probolinggo,” katanya.
Para mentor itu kemudian diminta melatih anggota di kabupaten masing-masing. Setelah itu, ada tahapan latihan dengan menghadirkan 4 ribu orang Banser ke Sidoarjo. Lalu, tahapan akhir melatih seluruh anggota Banser yang terlibat.
Denny seniman serbabisa. Setelah matang di tari, karier menyanyinya juga melejit saat merilis single Jalan-Jalan Sore pada akhir 1980-an. Dia juga sempat menjajal film dan sinetron.
Sebagai koreografer, pria kelahiran Jakarta 60 tahun silam itu selama ini lebih banyak menangani koreografi untuk usia yang spesifik. Entah pelajar maupun ibu-ibu atau bapak-bapak. Tapi, tidak demikian halnya dengan acara di NU ini. ”Wow membuat saya pusing. Tetapi, saya mendapatkan inspirasi,” tuturnya.
Saat paparan persiapan di kantor PBNU pekan lalu itu, Denny benar-benar menutup rapat gerakan-gerakan yang akan ditampilkan nanti. Itu agar bisa memberikan kejutan di hari H.
Denny menuturkan, dalam segmen pertunjukan kolosal nanti, tema yang diusung Persatuan dan Kesatuan Adalah Kekuatan.
Aktor film Tari Kejang dan Benci Disko itu mengatakan, sejatinya yang akan ditampilkan bukan tarian. Melainkan sebuah gerakan kolosal.
Hanya, karena penampilan tersebut bagian dari pertunjukan, tetap harus ada unsur entertainment-nya. Kemudian juga tetap harus ada napas Islam-nya.