Ketika Hijrah Dilakukan Pemuda Bertato

Tato menjadi salah satu penghalang atau sanksi dalam melaksanakan ibadah wajib. Terutama saat akan melaksanakan rutinitas ibadah salat sehari-hari. Kendati masalah ini masih kontek perdebatan.

Dasep Suryana Sukabumi, Sukabumi

Wajah sumeringah, tergambar dalam antrian puluhan kaulama muda di siang itu, kira-kira pukul 13.00 WIB. Sesekali, wajah tegangpun terlihat di raut wajah mereka. Postur dan wajah kaula muda yang mengikuti program hapus tato geratis bersama komunitas Punk Muslim, Gema Pertiwi, Gema Keadilan, Ngaos Odoj serta Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid bertemakan “Yuk Saling Support Untuk Hijrah”. hapus tato itu berlangsung di Aula Gedung Widaria Kencana (GWK) atau Gembok Cinta di Jalan Lingkar Selatan (Jalur) Kota Sukabumi.

Gambar-gambar tato itu bermacam-macam. Mulai yang imut hingga seram. Seperti gambar naga, tengkorak, batik, logo persib serta sampai tato berlambang kelinci. Gambar yang diukir menggunakan tinta pada tubuh itu, membelit dada, kaki sampai pada bahu serta pergelangan tangan.

Saat tato-tato itu dihapus menggunakan laser, sesekali para pemuda itu nyengir. Namun rasa sakit yang dirasa itu terbalaskan dengan hasil yang memuaskan. Pasalnya, gambar-gambar yang bertinta ditubuh mereka semuanya terhapus. Wakil Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi pun menyaksikan jalannya penghapusan tato permanen itu. Fahmi merasa bersukur dapat menyaksikan langsung para pemuda yang hijrah dari bertato menjadi tidak bertato.

“Ini awal dan langkah yang baik. Semoga saja, hijrah ini semakin meluruskan mereka (Pemuda bertato, red) dalam beribadah kepada Allah SWT,” ungkapnya.

Sebagai orang nomor dua di Kota Sukabumi, Fahmi sangat mendukung program hijrah melalui program penghapusan tato gratis yang dilakukan oleh komunitas tersebut. Pasalnya, aksi-aksi dan perbuatan yang mengarah kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak.
“Ini sangat luar biasa. Bagaimana kaula pemuda kita kususnya kembali kepada jalan yang lurus. Saya mendukungnya. Karena, program ini sejatinya untuk kebaikan,” katanya.

Bahkan, kata Fahmi, dirinya mengharapkan program penghapusan tato geratis yang dilakukan oleh komunitas itu, dapat terus dilakukan di beberapa titik yang ada di Kota Sukabumi. Pasalnya, program tersebut diyakini oleh dirinya menjadi aksi ibadah. Soalnya, pengahupusan tato ini mengajak untuk hijrah dari yang tidak baik menjadi baik. “Insya Allah, kita (Pemerintah, red) ke depan dapat lebih suport kegiatan ini kembali,” janjinya.

Asep (24) salah satu pemuda Lembursitu yang mengikuti program penghapusan tato geratis itu mengaku sangat bersukur. Cara untuk menghapus tato itu cukup sulit dan beresiko jika dilakukan secara manual. Berbeda halnya dengan menggunakan laser. “Saya bersukur sekali ya. Banyak teman-teman saya juga yang ikut menghapus tatonya. Alhamdulillah, sekarang saya tidak mempunyai tato lagi. Insya Allah, hijrah ini menjadi keputusan yang tepat buat saya,” terangnya.

Asep mengaku, secara sadar dirinya merasa menyesal telah melukis tubuhnya dengan tinta tersebut. Pasalnya, hal itu membuat dirinya sanksi saat sedang beribadah. Artinya, dirinya mengalami ketakutan tubuhnya itu tidak dalam keadaan bersih sesuai dengan perintah Allah SWT.

“Menyesal iya, tapi kan tidak ada kata terlambat untuk berubah. Makanya, saya sekarang menghapus tato karena ingin berubah. Memang benar, penyesalan tidak akan terjadi di awal tapi diakhir ya. Dari pada menyesal, lebih baik jangan ditato saja,” paparnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *