Empat ODHA yang Bakal Ikuti Jakarta Marathon untuk Kumpulkan Donasi

Sudah dua bulan ini Andri memantau latihan Tesa dkk. Dua kali pertemuan tatap muka untuk memberikan materi awal. Selanjutnya, ada grup WhatsApp untuk memantau latihan mereka lantaran tinggal beda kota. ”Kalau awal-awal sih pakai sistem run walk, lari 5 menit jalan 1 menit. Tapi, sekarang sudah bertambah porsinya,” ungkap Andri, yang pernah menjadi kontributor sebuah media terbitan Inggris.

Minimal sepekan 3–4 kali latihan dengan porsi waktu yang berbeda untuk tiap pelari. Khusus Tesa, minimal latihan 10 km. Sedangkan pelari lain seperti Sepi Maulana Ardiansyah alias Davi dan Ade Fikran yang berencana ikut half marathon (21,0975 km) cukup 6–8 km. Sementara itu, untuk Eva Devi yang mendaftar di kelas 10 kilometer, latihan cukup 30–40 menit.

Bacaan Lainnya

Kebugaran Tesa sekarang tentu tak terbayangkan sama sekali 11 tahun silam. Saat dia berada dalam kondisi terburuk. Setelah sejak kelas III SMP dia secara rutin menggunakan narkotika suntik. Tesa sampai pada fase sekarat, hendak menemui ajal. ”Kalau diingat-ingat, anying maneh. Zaman dulu lu hampir matik, jalan sepuluh langkah saja duduk,” kata Tesa, menirukan pendampingnya di Rumah Cemara Bandung, tempat dia aktif sebagai relawan kini.

Di tahun itu juga dia divonis mengidap HIV/AIDS. Tesa pun mendapat pengobatan antiretroviral (ARV) sejak 2007 secara gratis. Obat yang bisa menekan HIV tersebut harus diminum tiap hari. Dan, itu membuat dia bosan sehingga sempat berhenti selama 2,5 tahun.

Eva pun pernah berada dalam kondisi demikian. Saat divonis sebagai ODHA pada 2014, dia berstatus ibu dua anak. Perempuan kelahiran Bandung, 9 Juli 1983, tersebut mengaku sebagai mantan pengguna heroin dan putau suntik. ”Saya sedih, takut, cemas, dan stres. Tapi, saya berusaha tegar di depan anak,” katanya.

Seperti Tesa, dia menolak menyerah. Demi anak-anaknya. Eva pun rutin mengonsumsi ARV sampai sekarang. Meski juga pernah merasakan efek samping. Dia menjaga kondisi dengan menekuni dua olahraga favoritnya, futsal dan tinju. Kini, seraya mempersiapkan diri menuju Jakarta Marathon, bila biasanya lari mengelilingi lapangan futsal 10 kali, dia pun menambah porsi menjadi 50 kali. ”Saya ambil yang paling rendah, 10 km, karena awalnya ragu dan bingung, karena tak suka lari sih. Tapi, karena keinginan, ya udah, saya coba,” kata Eva.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *