Empat ODHA yang Bakal Ikuti Jakarta Marathon untuk Kumpulkan Donasi

Mereka berlari untuk mematahkan stigma bahwa ODHA cuma bisa diam di kasur, dengan tubuh tinggal kulit, tulang, dan kentut. Donasi kelak disalurkan untuk anak-anak dengan HIV/AIDS, lembaga pendampingan, dan tim yang mewakili Indonesia ke Piala Dunia.

JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Jakarta

Bacaan Lainnya

GARIS finis tinggal sepelemparan batu. Tiba-tiba Tri Eklas Tesa Sampurno membalikkan badan. Lantas, berlari mundur sambil memperlihatkan tulisan di bagian punggung. Di situ tertulis bahwa dia seorang ODHA (orang dengan HIV/AIDS). ”Motivasi saya melakukan itu karena ingin mengubah pola pikir masyarakat,” kenang pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, 3 September 1984 tersebut saat mengikuti Solidarity Run pada 2013.

Pola pikir yang dimaksud Tesa, seolah-olah ODHA hanya bisa diam di kasur, tinggal kulit, tulang, dan kentut. Karena itu pula, dia antusias untuk ikut charity run pada Jakarta Marathon 2018 yang berlangsung Minggu mendatang (28/10).

Tesa tak sendirian. Ada tiga rekan sesama ODHA yang ikut serta, yaitu Eva Dewi, Sepi Maulana Ardiansyah, dan Ade Fikran. Mereka akan berlari seraya mengumpulkan donasi. Masing-masing menargetkan bisa mengumpulkan donasi sebesar Rp 50 juta. Yang dikumpulkan melalui kitabisa.com. Nah, kalau di Solidarity Run dulu Tesa mengikuti half marathon, dalam charity run kali ini dia bakal tampil di full marathon (42,195 km). Juga, dia memang punya bekal memadai untuk itu.

Dalam masa latihan sekitar dua bulan terakhir, dia mencatat waktu 47 menit 31 detik untuk jarak 10 kilometer. Andriyanto, pelatih Tesa dkk, mengatakan, catatan tersebut cukup mengagetkan. Rata-rata standar kebugaran orang, menurut Andriyanto, 1 mil atau 1,6 kilometer ditempuh dalam kisaran 12 menit. Jadi, bisa lebih dari sejam untuk 10 kilometer. ”Detak jantungnya 140 beats per minute. Artinya, dia masih sangat sehat. Jauh lebih bugar,” kata Andri.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *