Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) ke Gili Iyang, Pulau Awet Muda di Sumenep (1)

Tim Ekspedisi Gerakan Anak Negeri
Tim Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) naik odong-odong menuju homestay Bumdes Banra'As di Pulau Gili Iyang, Desa Banra'As, Kecamatan Dungkek, Kebupaten Sumenep.

Pulau Oksigen di Madura dengan Kadar Udara Terbaik Nomor 2 di Dunia

Perjalanan eksotis ini dimulai dari Selabintana pada Rabu (18/10). Sebuah wilayah yang menjadi lokasi wisata khas pegunungan di Kabupaten Sukabumi. Sekaligus, alamat dari Kantor Graha Pena Radar Sukabumi. Tujuan utamanya, ke Pulau Gili Iyang yang berada di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur. Tapi, mampir dulu di Gedung Graha Pena Radar Bogor.

Laporan: RAHMAD YANADI, Pemred Radar Sukabumi

Bacaan Lainnya

PERJALANAN ke Bogor mulai menyenangkan. Sejak ada Tol Bocimi seksi II di Parungkuda. Biasanya dua hingga tiga jam lebih, kini sekira satu setengah jam. Tiba di Bogor, CEO Radar Bogor Group Hazairin Sitepu sudah bersiap memimpin Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) episode Gili Iyang. Pimpinan dari anak perusahaan lainnya pun hadir. Tak ada yang absen.

Bos HS, begitu sapaan akrabnya, memulai perjalanan dengan tradisi khasnya. Memberi arahan. Berdoa bersama. Selesai. Dan, Whuush, perjalanan dimulai sekira pukul 14.30 WIB.

Iring-iringan empat kendaraan roda empat tancap gas menyusuri jalan tol. Dari ujung barat pulau Jawa, menuju ujung timur, pulau Jawa. Dan, perjalanan Ekspedisi GAN selalu menyenangkan. Obrolan khas redaksi yang diselingi riuh tawa mengalahkan syahdunya suara penyiar radio. Berikut, lagu yang dimainkan.

Kamis pagi (19/10), rombongan pun tiba sekitar pukul 02.45 di ‘pit stop’ pertama. Kota Surabaya. Ada kesamaan antara Sukabumi dan Surabaya. Suhu udaranya. Panas. Kemarau panjang dampak el nino menyebabkan Sukabumi terasa panas. Bahkan, pernah suhu tertinggi di angka 33 derajat celcius.

Kemudian, menuju Kabupaten Sumenep. Melewati Jembatan Suramadu. Sekira pukul 10.30 WIB, tiba di Palabuhan Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep.

Sebelum bertolak ke Pulau Gili Iyang, rombongan rehat sejenak. Dan, mobil diparkir di penitipan kendaraan yang ada di Palabuhan Dongkek. Sembari berkoordinasi. Dan tak lupa, mencoba mendokumentasikan setiap cerita dan citra yang tertangkap selama perjalanan. Lewat foto, rekaman video, dan tulisan digital di aplikasi notepad handphone.

“Siap-siap, sebentar lagi kita akan menuju Pulau Gili Iyang. Kita akan menyeberang dengan menggunakan kapal kayu,” kata Hazairin Sitepu, setelah memastikan tim ekspedisinya bersiap untuk melanjutkan petualangan dari Pelabuhan Dungkek, Sumenep menuju Pulau Gili Iyang.
Tim ekspedisi yang berjumlah 11 orang ini berangkat sekitar pukul 11.10. Naik kapal kayu Sinar Pagi dari Pelabuhan Dungkek, menuju pulau Gili Iyang sejauh 4 mil dengan waktu tempuh sekitar 50 menit.

Kapal kayu milik H. Ramsi ini menggunakan 1 mesin, panjang 9 meter lebar 3 meter seharga Rp 70 juta.

“Sekarang gelombangnya lumayan gede. Kalau gelombangnya kecil, bisa ditempuh dalam waktu setengah jam saja,” jelas Hartono, operator mesin kapal.

Dan, sekitar jam 12.00, rombongan pun tiba di Pulau Gili Iyang. Pulau Oksigen ini memiliki dua dermaga yaitu di Pantai Ropet, Desa Banra’As di ujung timur pulau yang dikhususkan bagi perahu nelayan. Satu lagi, dermaga penumpang di Desa Bancamara, di ujung barat pulau.

Salah satu indra tubuh yang merespons sebuah perbedaan adalah hidung. Hirupan dan hembusan udaranya terasa beda. Segar, semacam ada manis-manisnya. Sungguh kesan pertama yang mengasyikkan.

Bagaimana dengan pemandangannya? Juga tak kalah luar biasa, walau banyak pohon yang terlihat meranggas. Tapi itu berada di urutan kedua. Karena yang di peringkat nomor satu, sekali lagi, udara. Sesuai ekspektasi rombongan Ekspedisi GAN. Bahwa, Bos HS mengatakan, Pulau Gili Iyang memiliki julukan sebagai Pulau Oksigen.

“Kadar oksigen di Pulau Gili Iyang ini terbaik kedua di dunia. Nomor satunya di Laut Mati, Jordania,” jelas Hazairin Sitepu.

Mengutip hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Penelitian Antariksa Nasional (Lapan) pada 2006 tentang kualitas udara, Pulau Gili Iyang memiliki kadar oksigen sebesar 20,9 persen. Hasil itu dicatat dari 17 titik yang diuji.

Dalam volume 1 liter udara bebas terkandung 0,209 liter oksigen. Persentase ini dinilai lebih baik dari kondisi udara di daerah-daerah lain di Indonesia, termasuk Sukabumi.

Yang rata-rata kadar oksigen hanya 18-19 persen. Bahkan, pada malam hari, kadar oksigen di Pulau Gili Iyang mencapai 21 persen.

Setelah hidung, indra tubuh yang tergelitik untuk bekerja adalah tangan. Tanpa ba-bi-bu, setiap orang langsung merogoh kantong celana. Mengambil handphone masing-masing untuk memproduksi sebuah karya jurnalistik digital alias konten.

Panas. Matahari tepat di atas kepala menjadi atraksi alam menyambut rombongan Ekspedisi GAN edisi Gili Iyang.

Sebuah pulau yang tercatat secara administrasi di Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep. Pulau seluas 9,15 km2 yang terdiri dari dua desa, yakni Bancamara dan Banra’As. Yang dihuni sekira 7.000 jiwa. Dan kami berada di Desa Banra’As.

“Selamat datang di Pulau Gili Iyang, pulau oksigen,” ucap Sekretaris Desa Banra’As, H. Fathurohman Rosyid, yang menjadi narasumber dalam Ekspedisi GAN edisi Gili Iyang alias Pulau Oksigen di Madura, Jawa Timur. **

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *