Cap Go Meh Sukabumi Ditaksir Hasilkan Uang Rp 3 Miliar

SUKABUMI, RADARSUKABUMI.com – Gelaran Festival Budaya Cap Go Meh Sukabumi 2020 berhasil, sukses dan meriah. Acara tersebut diselenggarakan selama dua hari, yakni Kamis (13/2) dan Jumat (14/2) yang terpusat di kawasan Odeon, tepatnya Vihara Widhi Sakti Sukabumi.

Pengamat sosial ekonomi Sukabumi, Asep Deni mengatakan bahwa Cap Go Meh tahun ini dapat dikatakan sangat sukes. Ada banyak hal penting yang diamatinya, salah satunya efek domino perekonomian.

Bacaan Lainnya

“Saya taksir Cap Go Meh tahun ini menghasilkan uang sebesar Rp 2 miliar. Bahkan bisa sampai Rp 3 miliar,” kata Asep Deni kepada Radarsukabumi.com, Sabtu (15/2/2020).

Suasana malam hari Festival Budaya Cap Go Meh (foto: Irnie/IST)

Asep Deni menjelaskan, taksiran tersebut jika dilihat secara masif. Selain dari anggaran kegiatan yang dihabiskan oleh panitia pelaksana,’omzet’ dari cap go meh yang hanya dua hari tersebut dikaluklasi dengan sektor lainnya.

“Semua pelaku usaha kecipratan. Seperti hotel, SPBU, warung kecil, ojek online, hingga pedagang mainan khas cap go meh. Pokoknya semuanya ikut menuai untung dari kegiatan ini,” papar Asep Deni.

Lebih detail lagi, lanjut Ketua STIE PGRI, berdasarkan informasi yang diterimanya, beberapa hotel di wilayah Kota Sukabumi full booked. Artinya cap go meh berdampak positif pada okupansi hotel.

Hal ini lantas mengakibatkan efek domino pada pelaku usaha sektor lainnya, seperti pengusaha kuliner, ojek online, angkutan kota, warung kecil, SPBU, jasa penyewaan kendaraan bermotor, retribusi parkir dan masih banyak lagi lainnya.

“Sehingga menurut saya, even yang dapat mendatangkan kebaikan dan keuntungan tidak hanya untuk pemerintah, tapi juga masyarakat harus terus dilakukan setiap tahunnya. Tentu dengan adanya perbaikan dan optimalisasi dari tahun ke tahun agar secara kuantitas dan kualitas terus meningkat,” papar dia.

Salah satu atraksi yang memukau dalam Festival Budaya Cap Go Meh Sukabumi 2020 (foto: Irnie/IST)

“Cap go meh juga bukan bicara tentang keuntungan rupiah, tapi kita bisa banyak belajar banyak hal seperti toleransi. Kita lihat, semua kalangan etnis dan agama membaur menyaksikannya. Dan saat waktu salat Ashar, panitia dengan tegas untuk menghentikan bunyi tetabuhan. Ini sungguh indah,” pungkas Asep Deni.

(izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *