Rafflesia Patma Kembali Mekar ke-13 Kalinya Sejak 2010

RADARSUKABUMI.com – Kabar gembira, Rafflesia patma kembali mekar di Kebun Raya Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan merupakan yang ke 14 kali sejak pertama mekar tahun 2010 silam.

Peneliti Rafflesia Patma di Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI atau yang lebih dikenal dengan Kebun Raya Bogor Sofi Mursidawati mengungkapkan bahwa Rafflesia Patma ini merupakan tumbuhan endemic asal Pangandaran yang bersifat parasit atau hidup dan berkembang biak dalam jaringan tubuh inangnya sejenis anggur hutan atau menempel Tetrastigma, Sabtu (14/9).

Bacaan Lainnya

Dari total 12 knop atau bakal calon yang ada, 3 knop diperkirakan akan mekar, harapannya bisa mekar bersamaan dan memunculkan bunga jantan dan betina sekaligus, supaya bisa dibantu proses penyerbukannya.

“Proses penyerbukan yang diawali bau busuk itu akan terjadi bila ada serangga yang membantunya mengangkut serbuk sari dari hunga jantan ke bunga betina,” katanya.

Bau inilah, lanjutnya, yang mengundang kehadiran lalat sebagai hewan penyerbuk agar terjadi proses pembuahan.

Hanya lalat jenis tertentu saja yang dapat melakukan penyerbukan bunga patma. Bunga ini mekar hanya dalam hitungan hari, biasanya 2-3 hari saja kemudian akan layu dan mati.

“Berarti hanya dalam rentang waktu inilah kesempatan membantu penyerbukan bisa dilakukan. Itupun bila bunga jantan dan betina ada dan mekar bersamaan,” ujarnya.

Hingga kini, Kebun Raya Bogor masih menjadi kebun raya pertama di dunia yang memiliki koleksi ex Situ Rafflesia Patma dan telah 13 kali mekar sejak 2010.

Sebelumnya Rafflesia pernah berhasil tumbuh di Kebun Raya Bogor sejak 1800-an. Salah satu keberhasilan yang dicatat ialah Rafflesia patma koleksi H. Loudon yang berbunga pada 1852.

Sementara itu Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI Dr. R. Hendrian mengungkapkan hingga saat ini, upaya maksimal yang dapat dilakukan Kebun Raya Bogor adalah dengan memperbesar populasinya melalui percobaan demi percobaan grafting untuk memperbesar jumlah kesempatan berbunga.

Ancaman terhadap kepunahan spesies akibat aktivitas manusia sangat nyata karena Rafflesia bukan komoditas komersial sementara pengetahuan tentang kehidupan spesies ini masih sangat terbatas.

Secara biologis, Rafflesia Patma berevolusi dengan habitat aslinya yang mengakomodasi kehidupannya lewat berbagai faktor alam yang sangat rumit dan spesifik. Sehingga kerusakan habitat akan memusnahkan keberadaannya secara permanen.

Berangkat dari kekhawatiran akan menyusutnya habitat dan kepunahannya, maka terbangun gagasan untuk memunculkan gerakan konservasi yang nyata. Di tingkat diseminasi upaya menggalang keterlibatan berbagai pihak dalam konservasi Rafflesia, telah dilakukan berbagai kegiatan di tingkat nasional maupun internasional.

Salah satunya adalah “Forum Rafflesia dan Amorphophalus Indonesia” (FORAMORIndonesia). FORAMOR-Indonesia merupakan forum tumbuhan pertama di Indonesia yang mewadahi peran multi-stakeholder dalam upaya konservasi Rafflesia.
(adi/pojokbogor)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *