Cara Mengatasi Mag Saat Hamil

Gejala sakit mag pada ibu hamil biasanya muncul pada usia kehamilan 27 minggu. Hal ini terjadi karena saat hamil timbul godaan untuk makan lebih banyak dari yang biasanya, dengan alasan bawaan bayi.

Selain itu, pada kehamilan trimester pertama, biasanya ibu hamil bisa merasakan mual dan muntah akibat pengaruh hormon chorionic gonadotropin serta hormon progesteron yang bisa meningkatkan produksi asam lambung.

Bacaan Lainnya

Belum lagi, biasanya ibu hamil menyukai makanan asam dan pedas seperti rujak dan asinan. Sehingga, produksi asam lambung pun semakin meningkat. Beberapa keluhan yang mungkin muncul adalah sensasi nyeri atau rasa terbakar pada area ulu hati, perut terasa penuh, kembung, sering bersendawa, mual, dan memuntahkan makanan.

Berbagai kondisi tersebut akan membuat ibu hamil merasa tidak nyaman dan berpengaruh terhadap suasana hati.Karena itu, saat hamil Anda membutuhkan cara yang aman dan tepat untuk mengatasi mag yang mengganggu.Lalu bagaimana mengatasi mag saat hamil?

Menurut dr. Sara Elise Wijono dari KlikDokter, hal pertama yang dapat dilakukan untuk meredakan keluhan mag adalah dengan memperhatikan pengaturan pola makan. Saat hamil, Anda disarankan untuk mengatur porsi makan, karena bila kekenyangan, maka dapat timbul keluhan mual dan sebagainya.

“Makanlah dengan porsi kecil namun lebih sering. Daripada makan tiga kali sehari dengan porsi besar, lebih baik Anda makan 5-6 kali dalam sehari dengan porsi kecil,” dr. Sara menyarankan.

Selain itu, dilansir dari Babyologist, ternyata madu juga aman dikonsumsi ibu hamil untuk mengobati penyakit mag. Anda dapat membuat ramuan herbal dari madu yang dicampur dengan kunyit segar serta temu putih yang direbus hingga mendidih, kemudian diminum.

Hal yang perlu diingat, saat mengonsumsi ramuan di atas, pastikan Anda mengonsumsinya saat mag kambuh. Agar lebih aman, konsultasikan terlebih dahulu penggunaan ramuan di atas sebelum Anda mengonsumsinya. Meskipun menggunakan bahan alami, efek yang dihasilkan bisa berbeda-beda, tergantung dari kondisi kehamilan.

 

(RVS/klikdokter)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *