Istri-istri Terduga Teroris yang Diciduk Densus 88

Pasca penangkapan empat terduga teroris, banyak warga yang langsung memberikan stigma pada keluarga terduga. Tak hanya pada keluarga, stigma juga disematkan pada gaya busana dan penampilan keluarga. Tentu saja hal ini membuat keluarga terduga resah.

Hal itu disampaikan RA, istri MF yang tinggal di rumah kontrakan Perumahan Sumber Taman Indah (STI), Jl. Taman Tirta 4, Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo.

Bacaan Lainnya

Tidak mudah untuk menemui RA pasca penangkapan sang suami. Ia menutup diri dari dunia luar untuk menghindari tuduhan yang bukan-bukan. Terutama pada dirinya dan anak-anaknya. Karena selama ini, ia dan anak-anaknya tak tahu aktivitas MF terkait keterlibatannya merencanakan aksi teror.

Saat Jawapos RadarBromo berkunjung ke kediaman RA, tampak pagar besi berwarna cokelat yang sempat didobrak polisi, kembali normal. Pintu rumah yang juga berwarna cokelat, sedikit terbuka.

Wartawan media ini kemudian menyapa anak-anak MF dan RA. “Om nyari siapa?” kata anak tersebut polos. Setelah tahu siapa yang ingin ditemui wartawan ini, bocah tersebut bergegas memanggil ibunya. “Umi, ada yang nyari,” teriak bocah tersebut.

Sejurus kemudian, muncul perempuan dengan cadar hitam sambil menggendong seorang bocah. Dialah RA, istri MF. Dari pernikahan keduanya, lahir 3 orang anak. RA bersedia diwawancarai media ini.

Kepada Jawa Pos Radar Bromo, RA menyerahkan persoalan ini pada Allah SWT. Sebagai seorang istri, ia berharap suaminya bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tabah dalam menjalaninya.

RA sendiri mengaku tidak mengetahui terkait rencana aksi teroris yang hendak dilakukan sang suami dan kawan-kawannya. Penangkapan itu membuat anak sulungnya yang duduk di bangku kelas 2 SD, bertanya-tanya.

“Shock atau trauma mungkin dialami anak-anak. Tapi karena mereka masih kecil, jadi belum tahu apa-apa. Hanya saja anak pertama saya yang sering menanyakan kenapa abinya dibawa polisi. Saya bilang kalau abinya masih ada urusan. Nanti kalau sudah selesai bisa pulang,” terang RA.

RA juga pasrah dengan stigma masyarakat. Bahkan tak jarang ada yang menyebutnya ninja, karena busana yang ia pakai. Ia mengaku sakit hati dengan stigma tersebut. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berharap masyarakat terbuka cara pandangnya.

“Saya dulu pernah dibilang ninja dan teroris. Mengingat pakaian yang saya gunakan. Miris rasanya dibilang begitu. Padahal tak semua yang berpakaian seperti saya ini teroris,” terang perempuan kelahiran Jember ini.

Sejak sang suami ditangkap, pendapatan keluarga tersendat. Selama ini MF bekerja sebagai tukang antar air mineral. Sementara dirinya berjualan baju secara online. Selain itu, ia juga mengajar di Masjid At-Tauhid. Namun semenjak penangkapan itu, kegiatan belajar mengajar diliburkan sementara. Ia juga tak bisa lagi berjualan karena ponselnya disita.

“Orang tua tahu kejadian ini. Jadi untuk masalah keuangan, masih dibantu oleh orang tua. Namun saya yakin, ada rezeki lain,” katanya. RA mengaku sudah tinggal di Kota Probolinggo selama 5 tahun. Namun, baru menempati rumah kontrakan sejak 8 bulan terakhir. Sebelumnya, keluarga tersebut tinggal di Masjid At-Tauhid.

Tak seperti RA yang tegar. Istri dua terduga teroris lainnya enggan ditemui orang tidak dikenal. Seperti HH, istri HA. HH diketahui trauma dengan penangkapan tersebut. Termasuk istri IS yang memilih berada di dalam rumah saat itu.

Sementara SR, istri AP, tidak keberatan ditemui media ini. Hanya saja, tak ada sepatah katapun keluar dari perempuan tersebut. SR lebih banyak menangis. Informasi yang dihimpun, mantan istri AP dari Lamongan datang dan mengambil anaknya yang berinisial AZ.

Diketahui, di rumah kontrakan AP terdapat enam anak. Satu di antaranya merupakan anak AP dengan istri pertamanya yang asal Lamongan. Sementara kelima anak lainnya, merupakan anak SR dengan suami sebelumnya. Sementara bayi yang dikandungnya, merupakan anak SR bersama AP. (JPG)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *