Santri Pondok Yatim dan Dhuafa Baitul Hamdi Belajar Kesiapsiagaan Bencana

Pondok Yatim dan Dhuafa Baitul Hamdi
santri Pondok Yatim dan Dhuafa Baitul Hamdi saat melakukan pesantren kilat mengenai kesiapsiagaan bencana. Foto:Istimewa

RADARSUKABUMI.com – Puluhan santri Pondok Yatim dan Dhuafa Baitul Hamdi melakukan kegiatan pesantren kilat ( Sanlat) di salah satu Masjid di Kota Sukabumi.

Namun dalam sanlat kali ini ada pemandangan yang berbeda. Bukan hanya belajar pendidikan agama tapi para santri pun dibekali materi dan keterampilan serta simulasi tentang kesiapsiagaan bencana.

Bacaan Lainnya

Kegiatan Pesantren Kilat Siaga Bencana ini juga merupakan dalam rangka menyambut rangkaian Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2022 dan mengisi kegiatan bulan suci ramadhan tahun ini.

” kegiatan kesiapsiagaan bencana untuk pesantren ini dilakukan untuk memberikan pemahaman bagi anak-anak terkait mitigasi, sekaligus cara bersikap saat bencana terjadi,” ujar Sekretaris PMI Kota Sukabumi Heri Saeful Bahri.

Dikatakannya, kesiapsiagaan bencana ini melalui ragam pembelajaran seperti membuat peta risiko, membuat jalur evakuasi di lokasi pesantren, menyusun SOP sederhana ketika terjadi bencana gempa bumi dan kedaruratan, sampai para santri diberikan pembekalan materi tentang pertolongan pertama kedaruratan.

Kegiatan ini digagas oleh Relawan PALANG MERAH INDONESIA (PMI) Kota Sukabumi bersama Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Sukabumi menggelar Pesantren Kilat (SANLAT) Siaga Bencana secara roadshow di beberapa lokasi Pesantren yang ada di Kota Sukabumi

” Dalam pelaksanaannya kegiatan ini akan dilakukan secara roadshow setiap minggunya dengan menyasar kelompok rentan dan beberapa pesantren yang ada di Kota Sukabumi terutama yang berada dilokasi rawan bencana,” jelasnya.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Baitul Hamdi, Latif Abdallah mengatakan berterima kasih kepada PMI Kota Sukabumi yang telah mengedukasi para santri tentang bencana di daerahnya. Apalagi kegiatan ini menjadi prioritas.

” Edukasi rawan bencana ini menyeimbangkan pengetahuan para santri. Di pondok diajarkan doa, keimanan dan keyakinan tapi tentang pengetahuan teknis itu diserahkan kepada antum a’lamu biumuriddunyakum, bisa belajar kepada. siapa saja,” ujarnya. (bal/*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *