Berdirinya Ponpes Tarbiatul Aulad Berada di tengah kawasan hiburan malam ada sesosok anggota Polri

Ponpes Tarbiatul Aulad
Kasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Polres Sukabumi Aipda Deny Ferdianto (kanan) saat melihat Ponpes Tarbiatul Aulad di Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Foto: Garis Nurbogarullah

Info Tukang Sol Sepatu, Sisihkan Gaji Lalu Berdiri Ponpes

Sikap kepedulian yang tinggi terhadap semasa umat muslim nampaknya diperlihatkan oleh sesosok anggota Polri dari Polres Sukabumi, Aipda Deny Ferdianto. Hanya bermodalkan niat, kini Ponpes Tartbiatul Aulad Terbangun.

Garis Nurbogarullah, Kabupaten Sukabumi

Bacaan Lainnya

Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiatul Aulad di tengah hingar bingarnya Tempat Hiburan Malam (THM), tepat di Kampung Cibolang Baru RT 04/ 02, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, tidak lepas dari peran seorang anggota Polri dari Polres Sukabumi, Aipda Deny Ferdianto.

Pria yang menjabat sebagai Kasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Polres Sukabumi ini, ikut serta membantu dalam pembangunan Ponpes Tarbiatul Aulad yang notabene berdiri di kawasan THM.

Anggota Polri kelahiran tahun 1984 tersebut awalnya tidak menyangka akan terlibat dalam proses pembangunan Ponpes Tarbiatul Aulad. Bahkan, awal mendengar ada sebuah pondok pesantren di kawasan THM tidak begitu meresponnya.

Deny mengaku informasi awal tentang Ponpes itu, dia peroleh dari seorang jasa revarasi sepatu atau tukang sol sepatu langanannya bernama mang Ujang. Kebetulan mang Ujang ini juga menjadi tenaga pengajar di Ponpes Tarbiatul Aulad tersebut.

Aipda Deny Ferdianto
Aipda Deny Ferdianto saat melihat Ponpes Tarbiatul Aulad di Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Foto: Garis Nurbogarullah

“Awalnya saya dan Tim TIK Polres Sukabumi punya langganan sol sepatu bernama mang Ujang. Di sela – sela kegiatan mang Ujang, saya bertanya kegiatan mang Ujang ini apa setelah bekerja sebagai tukang Sol Sepatu dan ternyata mengajar Al-Quran di Pesantren Tarbiatul Aulad daerah Citepus,” ujar Deny kepada Radar Sukabumi.

Polisi yang hobi dengan dunia komputer dan otomotif ini, awalnya tidak begitu merespon serta tidak bertanya dengan mendalam kepada mang Ujang. Namun tidak menyangka dalam pikirannya teringat nama Ponpes itu.

“Sampai akhirnya saat dinas keluar, saya melihat ada beberapa anak santri di setiap perempatan membawa kardus bertuliskan mohon bantuan pembangunan Pesantren Tarbiatul Aulad Citepus. Di situ saya mulai berpikir lagi, kasihan loh anak – anak di perempatan, tetapi di sisi lain saya juga tidak bisa melarang tanpa memberikan solusi,” jelasnya.

Dari situ pria kelahiran Palangkaraya Kalimantan Tengah dan besar di Bandung tersebut kembali berpikir dan berencana untuk datang langsung ke lokasi. Di Ponpes Deny menjalin komunikasi dengan mang Ujang dan pendiri pesantren KH. Hudori.

“Saya lihat secara langsung dan ngobrol apa saja keperluan di Ponpes. Setelah itu kami langsung diskusi dengan Tim TIK, lalu kami sepakat menyisihkan uang saku, gaji atau dari uang lebih kami untuk membeli material, memasang kelistrikan, meja belajar, dan sebagainya,” ungkap Deny.

Tidak berhenti disitu, Deny berupaya menghubungi rekan-rekannya untuk ikut andil mensupport pembangunan pesantren tersebut. Hingga akhirnya semua dapat mendukung untuk membangun pesantren.

“Alhamdulillah semua mensupport dan mudah-mudahan kedepan bisa semakin banyak yang ikut membantu pembangunan pesantren sehingga bisa lebih luas lagi,” ucapnya.

Adapun yang perlu dibantu di Ponpes Tarbiatul Aulad saat ini, selain untuk pembangunan, yaitu legalitasnya, karena pesantren ini sama sekali belum ada. Maka dari itu, Deny berharap ada yang bisa membantu legalistasnya.

“Yang penting sekarang anak-anak bisa tertampung dulu untuk belajar, tempatnya layak, dan bisa digunakan, saya pikir itu yang paling utama,” paparnya.

Deny mengaku di waktu senggangnya kerap menyempatkan diri untuk datang ke Ponpes untuk melihat secara langsung perkembangannya. Bahkan dalam seminggu dia bisa 3 kali datang ke pesantren.

“Tergantung waktu senggang atau pesantren pengen dilongokin. Bisa seminggu tuh 2 sampai 3 kali sekali. Kadang kalau ada tugas melewati jalan pesantren menyempatkan ke Pesantren. Saya lebih fokus kepada pembangunan pesantren atau keberlangsugan pembelajaran anak-anak atau santri,” tandas Polisi yang pernah mengenyam ilmu di Negara Thailand dan Beijing China.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *