Jangan Rugi (Lagi) Di Bulan SuciJANGAN RUGI (LAGI) DI BULAN SUCI!

Ustadz Mochamad Rido Rizki Ahad Pengajar Ilmu Aqidah SMP IT-Alghifari

RADARSUKABUMI.com – RUGI! Barangkali itulah sebuah kata yang amat sangat dihindari oleh manusia. Jika sebuah kerugian harta benda atau hal-hal yang bersifat duniawi itu adalah sesuatu yang sangat dihindari oleh kita, maka bagaimana jika rugi di bulan Ramadan?

Bagaimana jika saya dan anda gagal serta merugi di bulan Ramadan yang di sana peluang untuk mendapatkan keuntungan bahkan keuntungan yang berlipat-lipat terbuka lebar secara mudah?

Bacaan Lainnya

Tentu orang-orang yang berakal sehat dan memiliki keimanan tidak akan mau melakukan hal yang demikian.

Dalam kitab Mukhtashor Minhajil Qoshidin hal. 44 disebutkan bahwa Al-Imam Al-Muwaffaq Ibnu Qudamah Al-Madisi –rohimahulloh- membagi shaum menjadi tiga tingkatan, yaitu shaum umum, shaum khusus, shaum khusus yang lebih khusus.

Yang pertama, adalah shaum umum yag hanya sebatas menahan perut dan kemaluan dari menuruti syahwat.

Kedua, shaum yang menahan seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa.

Yang ketiga, dan ini adalah tingkatan tertinggi, yaitu shaum hati dari keinginan-keinginan buruk dan pikiran-pikiran yang bisa menjauhkan diri dari Allah ta’ala. Maka shaum yang mana kita selama ini?

Tingkatan shaum yang paling rendah, shaum umum, adalah shaumnya orang-orang yang hanya mengerjakan ibadah Ramadan sekedar formalitas, ia shaum hanya sebatas membatalkan kewajiban dan agar tidak dicela karena ia telah meninggalkan makan, minum, serta jima’ sebagaimana kaum muslimin pada umumnya di bulan ramadhan, namun ia tidak menjaga lisan dan perbuatannya.

Shaum yang demikian adalah shaum yang tidak menghasilkan apa-apa di sisi Allah berdasarkan sabda nabi –sholllallohu ‘alaihi wa sallam- “Siapa yang tidak meninggalkan ucapan zur (dusta, ghibah, namimah, dan ucapan buruk lainnya) dan juga perbuatannya, maka Allah tidak punya kepentingan (tidak memberi pahala) terhadap usahanya meninggalkan makan dan minum.” (Al-Bukhari no. 1903).

Jika shaum kita hanya pada tingkatan ini, bisa jadi ini yang menyebabkan kita tidak mengalami peningkatan dari ramadhan ke ramadhan lainnya. Na’udzu billah min dzalik.

Adapun tingkatan yang kedua (shaum khusus), maka ini sudah tingkatan yang bagus namun belum sempurna, karena usahanya menahan diri dari dosa masih dalam tataran dzhohirnya saja, bisa jadi hatinya memiliki hasud, dendam, atau bahkan riya`.

Maka tingkatan yang sempurna dan tertinggi sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Qudamah adalah shaum khusus yang lebih khusus, yaitu bukan hanya dalam tataran dzhohir saja ia menjaga diri dari dosa, akan tetapi hatinya saja sudah berpaling dari hal-hal yang bisa merusak amal dan menjauhkan diri dari Allah ta’ala, apalagi dengan amalan dzhohir?

Sungguh inilah hakikat shaum yang melahirkan taqwa karena nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda “taqwa itu di sini (sambil menunjuk dada tiga kali)” (al-Hadits).

Kesuksesan ibadah shaum adalah taqwa dan mendapat ampunan Allah. Silahkan dibaca surat Al-Anfal ayat 29 “Hai orang-orang yang beriman jika kalian bertaqwa kepada Allah, pasti Allah akan berikan kepadamu furqon (jalan keluar), dan menghapuskan segala kesalahanmu dan mengampuni dosamu. Dan Allah memiliki karunia yang besar” dan sabda nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam- “Jatuh hidung seorang ke tanah (rugi, celaka). Masuk kepadanya bulan ramadhan, tetapi ketika selesai ia tidak diampuni.” (At-Tirmidzi no. 7444).

Dalam hadits yang lain nabi menyebutkan bahwa shaum, tarawih, dan menegakkan ibadah di malam lailatul qodar jika dikerjakan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Itulah kesuksesan ibadah ramadhan, dan kebalikannya adalah sebuah kerugian. Oleh karena itu, masih maukah kita merugi di Ramadan kali ini? (*/why)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *