Maruarar Sirait Korban Jokovvid

kader PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi Agung Munajat
kader PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi Agung Munajat

SUKABUMI — Nama Maruarar Sirait, biasa dipanggil si Ara, jadi sorotan publik baru-baru ini karena resmi keluar dari PDI Perjuangan dengan mengembalikan Kartu Tanda Anggota (KTA).

Banyak yang tafsirkan tindakan ini untuk mewakili Jokovvid yang juga diminta untuk mengembalikan KTA oleh elite-elite PDI Perjuangan. Disusul pernyataan si Ara yang menyatakan ikut gerbong Jokovvid.

Bacaan Lainnya

Namun belakangan, sosok si Ara yang berpamitan, pada Senin (15/1/2024) malam ternyata hanya sebagai korban Jokovvid di mata temannya.

Cerita itu muncul dari kader PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi Agung Munajat pada saat merayakan ulang tahun Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri yang ke-77 tahun di kantor partai.

Menurut Agung perlu dikupas tuntas tentang si Ara ini lewat cerita-cerita dari kawan kuliahnya, Bang Iwan Siswo demikian Agung biasa memanggilnya.

Agung mengenal Bang Iwan setelah membaca buku Panca Azimat Revolusi, Ajaran Bung Karno yang diwariskan untuk Seluruh Rakyat Indonesia, yang disusun Bang Iwan dan meminta tanda tangan basah Bang Iwan atas buku yg disusunnya.

Menurut Agung yang juga sebagai Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi Bidang Politik ini menjelaskan, bahwa si Ara ini tidak paham tentang Amanat Penderitaan Rakyat, apalagi untuk mengembanny maupun memperjuangkannya.

“Saya faham betul mengenai perkawanan antara si Ara dan Bang Iwan Siswo. Mereka berdua seperti langit dan bumi. Saya mengerti persis bahwa mereka berdua teman kuliah satu angkatan tahun 1988 di FISIP Universitas Parahyangan Bandung, sekaligus satu jurusan Hubungan Internasional,” jelas Agung. For your info, Bang Iwan ini juga satu SMAN 3 Setiabudi dengan Erick Thohir yang sampai sekarangpun kelihatannya masih takut ketemu Bang Iwan saking nakal dan jahatnya Bang Iwan jaman SMA.

Menurut Agung si Ara pernah mengajak Bang Iwan untuk tinggal satu kamar di kost-nya si Ara selama satu tahun.

Kemudian bapak kost berkeberatan Bang Iwan tidur satu kost dengan si Ara karena selalu setel musik rock and roll dengan volume maksimal.

Gandeng kata Orang Sunda. Bang Iwan Siswo dipanggilnya si Noel oleh kawan-kawannya di Unpar.

Memang sosok si Ara Sirait ini adalah sosok anak yg pintar, sementara Bang Iwan orang bodoh. Si Ara lulus duluan, sedangkan Bang Iwan baru lulus setelah delapan tahun kuliah. Si Ara ini orang baik sementara Bang Iwan orang paling bandel, nakal, dan terkenal sangat jahat semasa kuliah di kampus Unpar.

“Tapi dalam politik orang baik itu tidak diperlukan, politik itu diperlukan kejujuran dan kesetiaan serta tegak lurus atas instruksi partai. Komitmen di atas segalanya,” tegas Agung yang juga Caleg DPRD Kabupaten Sukabumi Dapil 4 ini.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, Bang Iwan sebetulnya pernah jadi asisten pribadi bang Ara selama 5 tahun pada periode pertama di tahun 2004-2009. Pada saat itu bang Iwan lah yang membantu si Ara baik di parlemen maupun di partai.

Bahkan pada saat si Ara menjadi pengurus DPP PDI Perjuangan sebagai Ketua Bidang Pemuda Mahasiswa dan Olahraga bang Iwan lah yang menjadi sekretaris eksekutif standby di Kantor DPP di Lenteng Agung, setelah dua tahun berkantor di DPR RI.

Selain itu, sosok Bang Iwan juga pernah menjadi Tim Sukses Tunggal ayahnya si Ara yakni Almarhum Sabam Sirait dalam pemilihan legislatif di Provinsi Kalimantan Tengah. Almarhum Sabam Sirait adalah salah satu deklarator PDI Perjuangan ketika fusi partai di Jaman Suharto.

“Jadi, Bang Iwan ini sempat bertanggung jawab terhadap kemenangan, sampai kesehatan dan keselamatan nyawa Alm. Sabam Sirait ketika itu, walau hanya diupah Rp 100 ribu/hari Bang Iwan maju terus tiada-gentar tiada-takut tanpa pamrih. Itu faktanya,” terang Agung.

Selain itu, dirinya mengungkapkan fakta bahwa pada saat si Ara sudah menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus anggota DPR RI yang terhormat, Bang Iwan pangkatnya hanya Ketua Ranting Setiabudi, Jakarta Selatan. Selain itu, sekarang katanya si Ara memiliki rumah di jalan Diponegoro, Bang Iwan setelah full-penuh atas komitmen politiknya selama lima tahun membantu si Ara, sampai sekarangpun rumah nggak punya, mobil nggak punya, motor nggak punya, tabungan-pun nggak ada. Nomor rekening bank aja juga nggak punya. Kasihan Bang Iwan.

Namun demikian, kesetiaan Bang Iwan kepada PDI Perjuangan tidak pudar sedikitpun, bahkan Bang Iwan yang dikenal sebagai penyusun buku Panca Azimat Revolusi tidak pernah berpikir atau terlintas sedikitpun untuk keluar dari PDI Perjuangan.

Insting Agung menyatakan bahwa memang sudah mengurat-menadi bahwa Bang Iwan sesungguhnya adalah Pemgemban Amanat Penderitaan Rakyat.

“Beliau meski dalam buku yang prolognya langsung oleh Ketua Umum Ibu Megawati Soekarnoputri, Ketua DPR RI Puan Maharani, Ribka Tjiptaning serta Epilognya oleh Sabam Sirait dan tidak mendapatkan kemewahan buktinya dirinya tetap berpegang teguh pada prinsip partai, yakni tetap mengemban amanat penderitaan rakyat.” tegasnya.

“Jujur saya kasihan atas apa yang terjadi terhadap si Ara dan Bang Iwan, seperti serial TV Rich Man & Poor Man saja. Tapi saat mengetahui cerita sesungguhnya dan sebenarnya dari Bang Iwan, saya jadi tahu bahwa si Ara tidak ada apa-apanya, saya tahu rahasianya,” pungkasnya.

Jangan-jangan Bang Iwan itu memang kelasnya sama dengan Alm. Sabam Sirait, bapaknya si Ara. Terus si Ara ini khan ngakunya orang kecil, padahal setelah saya amati ternyata badannya segede bagong gitu mungkin berat badannya lebih dari 100 kg. (hnd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *