Perjuangan Pelajar Pelosok Sukabumi Menuntut Ilmu, Menangtang Maut Sebrangi Sungai 

Sejumlah pelajar saat menyebrang sungai Cidadap, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan untuk bersekolah ke wilayah Desa Loji.(Tangkapan layar)
Sejumlah pelajar saat menyebrang sungai Cidadap, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan untuk bersekolah ke wilayah Desa Loji.(Tangkapan layar)

SUKABUMI — Tidak semua pelajar di Kabupaten Sukabumi menikmati fasilitas mewah dan enak saat pergi ke sekolah. Faktanya, masih ada pelajar di Pelosok Sukabumi yang harus menantang maut saat pergi sekolah.

Salah satunya pelajar di kampung Cikadaka Desa Cidadap Kecamatan Simpenan yang harus berjuang keras menyebrangi sungai saat akan pergi sekolah.

Bacaan Lainnya

Meski kondisi memprihatinkan, menyebrangi sungai dengan ban bekas tak membuat semangat para pelajar pudar. Pelajar di Kampung tersebut setiap hari, antusias untuk bersekolah.

Kepala Desa Cidadap, Deden Anta Nurman, membenarkan kegiatan menyebrangi sungai dengan menggunakan ban bekas tersebut. Menurutnya, memang kondisi harus dilakukan para pelajar disaat musim hujan datang.

Bahkan, sejumlah masyarakatpun tidak jarang menggunakan ban bekas untuk menyebrangi sungai disaat ada keperluan untuk keluar daerah.

“Itu kegiatan warga saat musim hujan, karena kondisi debit air sungai Cidadap meningkat dari biasanya,” ujar Deden.

Dijelaskan Deden, kegiatan warga dan sejumlah pelajar yang setiap hari menyebrang sungai Cidadap untuk bersekolah di wilayah desa Loji tepatnya ke SDN Pasir Pogor tersebut berbatasan dengan Desa Loji, kecamatan Simpenan.

“Sudah biasa, dan memang para pelajar dari kampung Cikadaka harus menyeberang sungai Cidadap untuk mencapai sekolah, di SDN Pasir Pogor yang berada di wilayah Desa Loji,” jelasnya.

Deden menegaskan akses tersebut memang bukan satu satunya jalan yang bisa digunakan para pelajar, terdapat jalan lain namun memakan waktu tempuh cukup lama dan berputar sehingga masyarakat dan para pelajar lebih memilih menyeberangi sungai Cidadap

“Ada akses lewat jalan, tapi sangat jauh jaraknya dan memakan waktu lama, makanya warga khususnya dari Kampung Cikadaka menggunakan akses dengan menyebrang, namun hari ini debit air meningkat karena musim hujan pakai ban bekas,” terangnya.

Tidak hanya digunakan para pelajar dari desa Cidadap, kata Deden akses jalan dengan menyebrang menggunakan ban bekas juga digunakan pelajar dari kampung Naringgul dan kampung lembur Sawah Desa loji untuk bersekolah di MDTA yang berada di Kampung Cikadaka Desa Cidadap.

“Jadi memang akses menyeberangi sungai itu banyak digunakan oleh para pelajar, dan sebagian masyarakat,” paparnya.

“Belum ada pembangunan jembatan sebagai upaya infrastruktur untuk menggantikan cara warga, khususnya pelajar dari dua desa ini untuk mencapai sekolah,” tandasnya. (ndi/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *