Juan Christopher-Caitlyn Kay, Juara Lomba Sains Internasional

MASA DEPAN CERAH: Juan dan Caitlyn menunjukkan piagam penghargaan yang mereka raih di Singapura.

Persiapkan dengan Matang agar Percaya Diri

Juan Christopher dan Caitlyn Kay tidak hanya jago dan juara di dalam kelas.

Dua siswa SMA Kristen Cita Hati West Campus itu juga baru saja mengharumkan nama Indonesia di Design and Build Challenge at Th e Singapore International Science Challenge-International Students’ Science Fair pada 22 Maret lalu.

HISYAM AL ASYIAH

DUA siswa itu tampak canggung saat di temui di sekolahnya. Diperlukan upaya ekstra untuk membuat suasana menjadi cair.

Barulah mereka kemudian
lancar ber cerita mengenai pengalamannya saat mengikuti Design and Build Challenge at The Singapore International Science Challenge-International
Students’ Science Fair pada 18–22 Maret lalu. ”Kompetisi pertama yang menegangkan,” ujar Juan.

Mereka memang mencatatkan prestasi. Juan lewat desain Vertical Farming dan Caitlyn lewat Self Sustainable Water Filtra tion System.
Masing-masing
mempersembahkan Grand Award dan Best Engineering Award untuk Indonesia.

Kompetisi tersebut ternyata merupakan yang pertama bagi dua siswa pintar tersebut. Tak heran, mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan
matang. ”Kami tak ingin mengecewakan sekolah, daerah, dan negara,” sambung Caitlyn.

”Juga minta bimbingan intensif dan konsultasi ke guru,” imbuh Juan.

Persiapan panjang itu membawa hasil.

Mereka bahkan mengaku cukup percaya diri saat berkompetisi ”Aku harus bisa, aku harus menang, aku harus juara. Karena aku bawa nama Indonesia,” kata putra Maria Swaniwati dan Saptana Hari Hidayat itu.

Dia tidak keder meski yang dihadapi adalah ratusan siswa dari sejumlah negara Asia dan Eropa.

Kompetisi itu memang cukup menantang. Mereka dibagi
dalam sejumlah kelompok.

Kemudian, setiap kelompok diberi satu permasalahan yang harus disele saikan lewat diskusi dan usulan ide yang solutif untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

Untuk kelompok Juan, masalah yang didapat adalah mengatasi pemborosan air dan kekurangan air di masyarakat.

Nah, setiap peserta dari berbagai
negara memiliki usulan ide yang berbeda.

Namun, belum cukup representatif untuk menjawab permasalahan yang dilontarkan juri. Barulah Juan
meng ungkapkan gagasan melalui pertanian vertikal atau vertical farming. Konsepnya sederhana, yakni bercocok tanam bertingkat.

Sehingga tidak memakan lahan sekaligus bisa membuat irigasi lebih efektif dan hemat air.

Jika desain traditional farming dalam bentuk rak yang berjejer ke samping, vertical farming usul Juan berbentuk rak yang berjejer ke atas.

Dengan demikian, air yang mengalir dari tanaman di rak teratas bisa jatuh dan
membasahi tanaman di rak bawahnya. Begitu seterusnya.

”Jadi, airnya tidak akan terbuang sia-sia. Untuk mendukung pergerakan air agar merata dan sesuai dengan ke butuhan tanaman yang dirancang, vertical farming juga menggunakan alat khusus yang bisa mendeteksi kadar dan jumlah air,” ujar Juan.

Nah, kalau airnya kurang atau tanahnya kering,
lanjut dia, alat itu akan langsung bergerak dan mengalirkan air yang sudah diset otomatis.

Sementara itu, konsep Caitlyn adalah Self Sustainable Water
Fil tration System. Itu memang bukan pemikiran sendiri.

Tapi, kolaborasi dengan peserta dari negara lain. Berkat kemampuan presentasi dan kerja sama dengan peserta dari negara lain dalam desain prototipe Self Sustainable Water Filtration System tersebut, dia mendapat the Best Engineering Award.

(*/c6/ano)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *