Belum Dibuka, Pendaftar Membeludak

BERKUALITAS: Para wisudawan dari Universitas Terbuka.

TANGSEL, RADARSUKABUMI.com – Universitas Terbuka (UT) akan membuka program doktoral (S3)pada September 2019. Walaupun belum secara resmi dibuka tapi calon pendaftar sudah antre. Mereka didominasi para pejabat daerah maupun pusat. Warga Indonesia yang kerja di luar negeri pun antre ingin daftar.

“Luar biasa animo masyarakat yang ingin ambil program S3 di UT. Pendaftaran belum dibuka, tapi yang mau daftar sudah banyak. Kebanyakan pejabat karena mereka tidak punya waktu untuk kuliah reguler. Terobosan UT ini menjadi solusi bagi mereka karena bisa kuliah online,” terang Wakil Rektor Bidang Akademik UT Mohamad Yunus usai upacara penyerahan ijazah kepada 490 wisudawan UT Serang di Kampus UT, Pondok Cabe, baru-baru ini.

Meski peminatnya banyak, UT membatasi pelaksana program doktoral. Tahap pertama, empat Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) yang akan ditunjuk sebagai penyedia program S3. Di mana jumlah mahasiswanya per program studi (prodi) 10-15 orang.

“Karena ada dua prodi yang dibuka maka mahasiswa yang akan diterima hanya sekitar 80 sampai 120 orang,” ucapnya.
Ditambahkan Direktur UT Serang Dr Maman Rumanta, di Banten sudah banyak pejabat yang tertarik mendaftar. Bahkan Walikota dan Wakil Walikota Serang pun menyatakan ingin kuliah S3 di UT. “Sebenarnya peminat program doktoral ini sangat banyak. Cuma kan UT enggak bisa mengabaikan mutu. Makanya semuanya dibatasi. Kami tidak tahu apakah UT Serang akan ditunjuk sebagai pelaksana program Doktoral atau tidak,” ucapnya.

UT akhirnya mengantongi izin dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), untuk membuka program S3 prodi Manajemen dan Administrasi Publik. Program doktoral dengan sistem jarak jauh sudah lama diajukan UT ke Kemenristekdikti, tapi baru diberikan izin tahun ini.

Pembukaan jenjang S3 ini, menurut Yunus, untuk menjawab permintaan masyarakat yang ingin melanjutkan pendidikannya tapi terbatas waktunya karena tuntutan pekerjaan. Para pekerja ini tidak bisa melanjutkan ke program S3 karena susah kuliah konvensional.

(esy/jpnn)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *