Moeldoko: Negara Berdaulat Tidak Bisa Ditekan

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko

RADARSUKABUMI.com, – JAKARTA – Pengkajian ulang pembebasan Abu Bakar Ba’asyir diduga muncul karena ada intervensi dari Perdana Menteri (PM) Australia. Namun kabar itu dibantah oleh Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.

Mantan panglima TNI itu mengatakan, rencana pembebasan Ba’Asyir ini bermula dari Kuasa Hukum Jokowi-Ma’ruf Yusril Ihza Mahendra. Karena faktanya, sejatinya belum ada keputusan dari negara.

Bacaan Lainnya

“Itu kan baru pernyataan sepihak dari Pak Yusril, belum jadi keputusan negara. Namun yang jelas kita negara berdaulat kok ditekan-tekan, memangnya siapa Australia” ujar Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/1).

Lebih lanjut Moeldoko menilai, Yusril yang juga pendiri Partai Bulan Bintang (PBB) itu, memiliki versi tersendiri soal pembebasan Ba’asyir. Soal ditundanya keputusan pembebasan Ba’asyir tersebut murni karena memang belum ada keputusan final dari Presiden Jokowi. “Tapi (pengkajian) itu murni bahwa sebuah sesuatu yang belum final belum keputusan dari seorang presiden,” terangnya.

Untuk bisa bebas, salah satu syarat yang harus dipenuhi Ba’asyir adalah setia pada pancasila dan NKRI. Mengenai hal itu, kata Moeldoko, saat ini keputusannya ada di tangan keluarga Ba’Asyir. Apabila tidak bersedia memenuhi, maka rencana pembebasan itu bisa dibatalkan.

“Oh iya (bisa dibatalkan kalau menolak, red). Karena itu persyaratan yang tidak boleh dinegosiasikan atau ditawar-tawar,” kata Moeldoko di Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (23/1).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *