Menilik Setumpuk Peninggalan Era Kolonial di Salatiga

Salatiga merupakan sebuah kota di Jawa Tengah yang terbentuk pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia. Terkenal sebagai tempat pemukiman bangsa kulit putih karena letaknya berdekatan dengan kawasan perkebunan lokasi mereka bekerja. Hingga Indonesia merdeka, Salatiga masih menyimpan setumpuk peninggalan era kolonial.

Bergeser sedikit dari pusat keramaian penduduk, atau tepatnya di Kantor Kelurahan Kutowinangun Lor, Jalan Dr Muwardi, Tingkir, setiap dua minggu sekali atau pada akhir pekan, dapat ditemui salah satu jejak kompeni di Salatiga. Yakni tiga kereta jenazah buatan tahun kisaran 1800-an hingga awal 1900-an.

Ketiga kereta bergaya arsitektur campuran ini, kata Warin Darsono, 30, juru rawat, sekarang telah menjadi aset kebudayaan setempat. “Tahun 2015 didaftarkan ke BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) di Klaten. Sebenarnya pemerintah itu malah tidak tahu ada barang ini, kemudian saya ajak untuk nguri-nguri,” katanya saat dijumpai di halaman Kantor Kelurahan Kutowinangun Lor, Sabtu (21/7).

Ia mengatakan, keberadaan ketiga kereta tersebut awalnya terdeteksi olehnya saat ia masih kecil, sekitar 20 tahun silam. Namun diakuinya, publik belum banyak tahu akan wujud peninggalan Belanda itu. “Dulu denger kereta, ngiranya gerbong. Pertama kali ketemu di garasi tua depan kelurahan ini,” katanya.

Pasalnya, menurut pengakuan Warin dan beberapa warga sekitar, kantor kelurahan Kutowinangun Lor dulunya adalah kawasan pemakaman. Garasi tadi, ternyata juga sudah dibangun sejak lama sebagai kandang bagi ketiga kereta jenazah tersebut.

Namun ada hal yang kata Warin kerap mengundang banyak tanya bagi mereka yang menyaksikan kereta ini. Di beberapa bagian tubuh kereta, banyak terpampang simbol-simbol. Salah satunya adalah lambang organisasi rahasia Freemasonry.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *