Melihat Usaha Cilok Aci Sukabumi

Rumah produksi cilok aci yang terletak di Kampung Paledang RT09/03, Desa Cimahi, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi ini mampu bertahan hingga sekarang. Cilok yang dibuat Iskandar ini pernah dijual mulai dari Rp25 hingga Rp500. Bagaimana cara dia untuk mempertahankan usahanya?

DINNA AGUSTINA, Sukabumi

26 tahun silam, cilok aci ini dijual Rp25 per pcs. Jajanan yang memiliki tekstur kenyal dan rasa yang enak tersebut adalah hasil tangan terampil Iskandar.

Pria berusia 60 tahun itu dengan tekun dan sabar memproduksi cilok ini di rumahnya Kampung Paledang RT09/03 Desa Cimahi, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.Saat wartawan Radar Sukabumi bersilaturahmi ke rumahnya, Iskandar sedang memproduksi cilok bersama istri dan empat pegawai.

Dahulu di kampung ini pedagang cilok aci lumayan banyak, namun lama kelamaan sebagian besar memilih berhenti dan tidak produksi lagi hingga pada akhirnya hanya Iskandan dan temannya Kanir yang masih bertahan sampai sekarang.

Cita rasa adalah kunci bagi Iskandar. Makanya industri rumahan ini mampu memproduksi 1000 tahu dan 1000 cilok aci. Hanya saja jumlah ini tidak tentu, tergantung banyak bahan baku aci.”Waktu produksi empat hari dari jam 08.00 sampai 21.00 WIB dan sudah siap dipasarkan,”tutur Iskandar.

Pria parum baya yang ramah itu menceritakan masa-masa kejayaan pedagang cilok aci di Kampung Paledang.”Dulu itu banyak yang produksi cilok seperti ini di sini, namun sekarang yang bertahan dua orang yakni saya dan adik saya,”ulasnya.

Meski bahan baku terbilang mahal, namun Iskandar dan adiknya tetap mempertahankan cita rasa dan tanpa bahan pengawet.”Kalau produksi kurang lebih 2000 biji cilok per hari, dijual Rp500 per biji dan kalo borongan Rp400 ribu untuk tahu, sedangkan Rp350 ribu untuk cilok,”katanya.

Omzet yang ia dapat bisa mencapai Rp950 ribu dalam sehari. “Kalau satu bulan Rp25 juta omzetnya dan untuk upah pekerja Rp20 ribu per hari per orang,”ujarnya.Dijelaskannya tahapan produksi cilok aci. Pertama, siapkan 16 kg sagu singkong ditambah 4 kg sagu kaung, penyedap rasa dan bumbu lainnya.

“Kemudian, campurkan semua bahan dan adonlah berbentuk bulat dan dikukus,”paparnya.Sebelum memutuskan memproduksi cilok, Iskandar ternyata pernah mencoba usaha di bidang lain tapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.

“Pernah mencoba ke mana-mana, akhirnya balik lagi ke cilok karena cukup mudah. Bahan baku juga gampang dicari,”imbuhnya.Produknya ia pasarkan ke Parungkuda dan Ciambar dari jam 03.00 WIB dan tetangga sekitar.

“Kalau ke tetangga, saya memasarkannya tidak keliling namun tetangga yang medatangi rumah produksi kami,”tuturnya.Dirinya ingin usahanya lebih maju dan lancar, agar bisa menambah tenaga kerja lebih banyak.”Semoga usaha ini bisa diwariskan kepada anak cucu kita turun temurun,”pungkasnya.(*/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *