Cone Es Krim Legendaris Buatan Sukabumi

Peluang Usaha Menjanjikan di Kawasan Tropis, Ujang Ingin Punya Pemanggang Indonesia termasuk dalam kawasan tropis. Sebagian orang mungkin mengeluh dengan panasnya cuaca di negara ini, namun bagi seorang pengusaha, halangan apapun adalah sebuah peluang bisnis.

Seperti yang dilakukan Ujang Hedi (40). Ia memanfaatkan kondisi ini dengan membuat cone untuk wadah es krim.

DINNA AGUSTINA, Sukabumi

Apa yang dicari orang saat suasana panas? Tidak lain adalah tempat yang nyaman dilengkapi minuman dingin. Es krim adalah salah satu dari sekian banyak jenis minuman yang disukai masyarakat, di saat panas. Pantas saja, di tengah permintaan yang tinggi menjadikannya sebagai peluang bisnis menggiurkan.

Ujang Hedi yang merupakan warga Kampung Karadenan RT23/07, Desa Cisande, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi ini terbilang cerdas memanfaatkan situasi.

Ia melihat tingkat konsumsi es krim di Sukabumi, sangat tinggi. Seiring dengan hal itu, permintaan cone juga sama tingginya.Pada umumnya es krim menggunakan cone, semacam wafel kering berbentuk kerucut untuk menampung esnya agar tidak meluber ke mana-mana.

“Cone inilah yang saya produksi di rumah sampai sekarang,”kata Ujang Hedi saat berbincang dengan wartawan Radar Sukabumi di tempat usahanya, Senin (8/10).

Produksi rumahan cone itu dirintisnya sejak 20 tahun lalu. Ia awalnya suka melihat pembuatan cone di pabrik Rencana Jaya (RJ) tidak jauh dari rumahnya. Lama kelamaan, dirinya belajar sendiri.”Sejak bujangan saya membuat cone, mulai pukul 05.00-16.00 WIB setiap hari,”ujarnya.

Sebagai pemilik rumah produksi cone, Ujang membeli bahan bakunya di Pasar Cisaat, Kabupaten Sukabumi seperti sagu singkong, terigu, pewarna makanan, minyak lesetin, aromania dan lainnya.

Untuk tahap pembutan pertama, campurkan bahan-bahan seperti sagu, terigu secukupnya, minyak lisetin dan minyak sayur. Lalu pewarna makanan sesuai takaran dan diaduk. Setelah itu, tahap pencetakan.

“Untuk terigu hanya bahan campuran dengan sagu, jadi hanya sedikit untuk campuran saja,”ulasnya.
Cone yang dihasilkan dipasarkan setiap satu minggu sekali. Ada suplayer yang mengambil cone ke rumahnya untuk dipasarkan ke Tanggerang.

“Satu bal Rp40 ribu, satu bal 20 kantong setiap kantong 40 biji dan satu bal berisi 800 biji cone es krim,”imbuhnya.Cone yang dibuat Ujang tidak memakai bahan pengawet dan baik untuk dikonsumsi. Ia memilih usaha ini lantaran zaman sekarang mencari pekerjaan sangat susah.

“Ya lebih baik membuka lapangan pekerjaan sendiri di rumah, karena memang keahlian saya membuat cone es krim, jadi ini mata pencaharian saya,”ucapnya.

Kadang kala, dirinya mengeluhkan mahalnya harga bahan baku, salah satunya plastik untuk pengemasaan yang asalnya Rp28 ribu menjadi Rp30 ribu atau yang asalnya Rp32 jadi Rp33 ribu. Sagu juga sama dari Rp240 ribu menjadi Rp245 ribu.

“Omzet satu bulan bisa mencapai Rp8 juta dan mengasilkan 200 bal cone, saya ingin menambah alat pemanggang atau cetakan membuat cone agar bisa lebih banyak memproduksi dan bisa memperkerjakan orang lain,”pungkasnya.

 

(*/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *