Sukabumi Darurat Human Trafficking, Januari-Februari 2022 Tujuh Kasus TPPO

Sukabumi-Darurat-Human-Trafficking
Sukabumi Darurat Human Trafficking

Jika ada orang yang mengajak, siapapun itu, apalagi calo yang mengiming-iming bisa menyalurkan tenaga kerja ke Timur Tengah, sebaiknya ditolak mentah-mentah saja. Jangan percaya terhadap rayuan akan diberikan gaji atau upah yang besar.

“Dengan moratorium tersebut, PMI yang berangkat kerja ke negaranegara di Timur Tengah, menjadi ilegal. Selain itu, jika ada calo yang mengiming-imingi bisa memberikan visa kerja di negara tersebut, segera tolak,” pintanya.

Bacaan Lainnya

Terbaru, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sukabumi, berhasil memulangkan Rika Oktaviani (24), korban TPPO atau trafficking dari Riyadh, Arab Saudi.

Penjemputan Rika dipimpin langsung oleh Kanit PPA Polres Sukabumi ke Wisma Atlit Pasar Rumput Manggarai Jakarta Selatan, karena sebelumnya ia menjalani karantina saat sampai di Indonesia.

Rika yang merupakan warga Desa Babakanpari, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi ini sampai ke Mapolres Sukabumi pada Minggu (6/2) sekira pukul 00:33 WIB. Haru tangis bahagia pun pecah disambut oleh keluarga Rika termasuk dua anaknya yang sudah menunggu di sana.

Kepada awak media Rika mengaku senang bisa kembali pulang ke Indonesia bertemu dan berkumpul lagi dengan orangtua serta dua anaknya. Ia menceritakan bagaimana kondisi di sana hingga diperlakukan tidak layak, bahkan tidak menerima gaji sepeser pun.

“Seneng banget bisa pulang ke Indonesia, bisa ngeliat anak sama orangtua. Ketika di sana makan hanya satu kali, sama mie remes itu juga. Makan jarang, minum air keran, susah banget di sana makan juga,” ujar Rika berurai air mata, Minggu (6/3).

Pas disana makan cuma satu kali sama mie remes itu juga, makan jarang minum air keran susah banget disana makan juga. Maka dari itu, sambung Rika ingin segera pulang ke Indonesia dan berkumpul lagi bersama keluarganya. Ia mengaku awal keberangkatannya ke Arab Saudi dijadikan baby sister, bukan malah jadi asisten rumah tangga (ART) atau cleaning service yang kerjanya over time.

“Kerja dari jam 8 sampai jam 12 malam itu pun lima jam lima jam. Di sana selama dua bulan, kalau kekerasan fisik Alhamdulillah tidak ada, cuma ketika sakit susah banget untuk berobat, kemaren sempet sampai jatuh engga ada yang peduli mau berobat juga,” keluhnya.

Rika mengaku tinggal di asrama bersama Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya dan pertamakali bertemu dengan agensi atau penyalur tenaga kerja melalui media sosial (Medsos) facebook. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu hingga dapat kembali pulang ke Indonesia.

“Di sana tinggal di asrama, banyak temen sama juga, sama terbangnya. Kenal dari agensi melalui facebook. Terima kasih kepada kepolisian dan media,” ungkapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *