Penyebab Longsor di Cibadak Diungkap PVMBG, Singgung Aktifitas Pembangunan Perumahan

DIWAWANCARAI : Penyidik Bumi dari PVMBG, Sumaryono saat diwawancarai sejumlah media terkait hasil penyelidikan bencana longsor di Cibadak.
DIWAWANCARAI : Penyidik Bumi dari PVMBG, Sumaryono saat diwawancarai sejumlah media terkait hasil penyelidikan bencana longsor di Cibadak.

SUKABUMI — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB), akhirnya angkat bicara soal penyebab terjadinya bencana tanah longsor yang merusak belasan rumah dan mengancam puluhan rumah penduduk di Kampung Cibatu Hilir, RT (01/11), Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.

Penyidik Bumi dari PVMBG, Sumaryono mengatakan, tim PVMBG sudah dua hari telah melakukan penyelidikan di tempat terjadinya longsor yang menimbun 13 rumah di wilayah kampung tersebut

Bacaan Lainnya

Berdasarkan hasil investigasi PVMBG dilapangan, faktor penyebab bencana tanah longsor di wilayah tersebut, terjadi karena selain faktor kontruksi tanah yang masuk pada kategori rawan longsor, di kawasan tersebut juga terdapat aktivitas cut and fill atau kegiatan perataan tanah dari perumahan setempat.

“Kalau penyebabnya, memang salah satunya daerah ini rawan longsor, kemudian itu tadi ada kegiatan cut and fill. Tadi kemungkinan kalau dilihat dari strukturnya, ada timbunan dari atas yang longsor itu ada timbunannya ada tanah aslinya, memang tidak semua timbunan ada tanah aslinya, kemudian beberapa kan arah aliran airnya ke sini semua baik dari atas bawah,” kata Sumaryono pada Rabu (31/01).

Potensi ancamannya saat ini, sambung Sumaryono, khususnya daerah yang berbahaya berada di lokasi depan longsoran. Karena, terdapat mata air di wilayah tersebut, juga terdapat perbaikan terkait dengan penahan lereng yang ada di belakang pemukiman warga.

“Iya, karena memang ini sangat tinggi sih. Ini memang daerah itu rawan longsor karena mata air banyak muncul di sekitar sini,” paparnya.

Selain itu, tanah yang berada di lokasi dekat pohon bambu juga disarankan harus segera ditutup. Karena, retakan tanahnya sudah membesar dan mengarah ke pemukiman penduduk dengan jumlah sekitar 6-7 rumah di belakang lokasi tersebut.

“Sebenarnya mungkin tidak semua ini direlokasi, tapi ada beberapa yang harus dikorbankan untuk direlokasikan. Karena memang ancamannya masih tinggi di depan sini,” imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *