Melongok Kampeong Tempo Doeloe Cipetir Kadudampit

Tapi, sekarang sduah tidak ada, bahkan bangunannya pun berubah jadi rumah karena sudah tidak ada lagi santri yang mondok,” cerita Abah seraya mengingat kenangan jaman dulu ini.

Dirinya meminta, kepada seluruh generasi penerus dan pewaris “Kampeong Tempo Doeloe” ini agar tetap menjaga keaslian dan kelestarian bangunana serta kisah yang pernah terjadi. Karena, hal ini akan menjadi ciri khas dan tempat mengenang kembali para sesepuh pendahulunya.

Bacaan Lainnya

“Pesan Abah, kepada generasi penerus dan pewarisnya agar tetap menjaga dan merawat kisah dan banguanan-bangunan tua ini. Itu saja,” Tutup Bah Hamid.

Ditempat yang sama, Imas Nurhasanah (47), pemilik rumah jadul terbesar di “Kampeong Tempo Doeloe” itu menceritakan kisahnya menempati rumah yang dia huni bersama anak dan suaminya itu. Menurutnya, dirinya adalah generasi ke empat dari pemilik awal rumah ini.

“Rumah ini, secara turun-temurun diserahkan. Saya, kebetulan menajdi penerus generasi ke empat. Dan hingga ini, seluruh material, arsitektur masih terjaga keasliannya hingga seterusnya di wariskan kepada anak-anaknya,” tukasnya (*/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *