Komeng Uhuy di Sukabumi, Warga Bingung Pilih Senator

Simulasi DPD RI JAwa Barat
Salah satu responden simulasi dan sosialisasi Pemilu 2024 saat memasukan kertas surat suara yang disiapkan Radar Sukabumi ke kotak suara yang dibawa oleh relawan dari unsur mahasiswa.

SUKABUMIU – KEPOPULERAN seseorang nampaknya masih begitu kuat untuk bisa merebut kursi DPD RI. Buktinya, bermodal wajah sering wara-wiri di televisi, mampu menggaet hati pemilih dalam simulasi dan sosialisasi DPD RI di Sukabumi.

Nama Alfiansyah Komeng atau kebanyakan orang kenalnya Komeng mampu meraup 24,34 persen suara di Kota Sukabumi dan 23,04 persen suara di Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Di urutan berikutnya, masih sama ketenaran menjadi seorang artis membawa nama Jihan Fahira mampu bersaing dengan para calon lain dalam perebutan kursi DPD RI.

Di Kota Sukabumi, dirinya mampu berada di bawah Komeng dengan memperolah suara 9,05 persen.

Tapi untuk di Kabupaten Sukabumi, dirinya berada di urutan ke tiga dengan meraup suara 6,75 persen. Sedangkan di posisi lainnya ada nama-nama seperti Aanya Rina Casmayanti, Aninndia Allvia, Aceng MH Fikri dan Agita Nurfianti.

Hasil tak jauh berbeda juga terjadi dari hasil simulasi Radar Bogor Grup. Dimana, nama Komeng jauh meninggalkan para pesaingnya. Ia memperoleh 20,7 persen suara. Lalu ada nama Aanya Rina Casmayanti di urutan ke dua dengan raihan 7,45 persen.

Untuk urutan ke tiga, nama Jihan Fahira memperoleh suara 5,09 persen, Anninda Allivia 4,92 persen dan Aceng HM Fikri memperoleh 4,52 persen.

Merespon hasil itu, komedian Komeng menuturkan tingginya suara yang dia dapatkan tak terlepas dari nama besarnya.

Sehingga, membuat banyak orang tahu soal pencalonannya. Terlepas dari itu, bukan berarti dia tidak berbuat apa-apa. Sejumlah konsep telah dibuatnya.

“Seperti peningkatan budaya di Indonesia khususnya Jawa Barat,” ujarnya kepada Radar Sukabumi (Radar Bogor).

Dia melihat, budaya di luar negeri itu begitu cepat perkembangannya bahkan kemudian menjadi komoditas atau pemasukan untuk negaranya. Sedangkan di Indonesia yang notabene memiliki banyak budaya, tidak bisa melakukan hal serupa.

“Saya tahu wewenang DPD mungkin terbatas, tapi kalau kita desak masa tidak bisa tembus program yang kita inginkan,” ungkapnya. Namun demikian, dia tidak akan mempermasalahkan apabila tidak terpilih. Dia menyerahkan semua itu kepada masyarakat Jawa Barat.

Untuk diketahui, Radar Sukabumi bersama Radar Bogor Grup mengadakan simulasi Pemilu 2024 baik itu Presiden, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kota dan Kabupaten secara serentak pada Selasa (12/12) lalu.

Untuk di Sukabumi,simulasi ini menggunakan 18.240 kertas surat suara yang disebar ke setiap Daerah Pemilihan (Dapil) Kota dan Kabupaten Sukabumi.

Di Kabupaten Sukabumi, ada 15.000 kertas surat suara dan di Kota Sukabummi 3.240 kertas suara.Total tersebut dibagi menjadi lima kertas surat suara yakni untukPresiden,DPRRI,DPDRI, DPRD Provinsi Barat maupun DPRD Kota dan Kabupaten Sukabumi.

“Jadi, untuk di Kabupaten Sukabumi,satu dapil kami menyebar tota l3.000 kertas surat suara dan di Kota Sukabumi 648 kertas surat suara untuk lima kertas surat suara,” ungkap Penanggungjawab Simulasi Pemilu 2024 Radar Sukabumi, Rahmad Yanadi.

Dalam pelaksanaannya,Radar Sukabumi menggandeng unsur mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah (UMMI) Sukabumi dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Widyapuri Mandiri Sukabumi.

Mereka dilibatkan untuk menjaga independensi hasil simulasi. “Setiap tim kami sebar, menyisir ke semua dapil di Sukabumi. Yakni, 6 dapil di Kabupaten Sukabumi dan 3 dapil di Kota Sukabumi,” lanjutnya.

Selain melakukan pencoblosan, tim simulasi Radar Suka- bumi juga memberikan edukasi kepada masyarakat. Baik itu tata cara pencoblosan, jumlah kertas serta warna surat suara yang akan dibagikan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) nanti. Selain itu, juga memberikan informasi tanggal pencoblosan, serta memberikan edukasi suara sah dan tidak sah.

“Saat melakukan simulasi dan sosialisasi ini, tidak jarang tim kami juga mendapatkan penolakan dari masyarakat dengan berbagai ragam alasan. Terlebih, surat suara untuk Pemilu 2024 itu dinilai banyak hingga membuat masyarakat pusing,” tandas Rahmad.(nur)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *