Ahli Psikolog Sebut Korban Pelecehan di Sukabumi Masih Syok

Predator-Sek-Sukabumi

SUKABUMI– Psikolog Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kota Sukabumi, Dikdik Hardy menanggapi kasus dugaan pelecehan dengan tersangka Obay (50), yang mengakibatkan lima anak laki-laki menjadi korban.

Didik mengaku, hingga saat ini pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih dalam, sebab pihak keluarga korban masih syok dan belum bisa ditemui.

Bacaan Lainnya

“Iya jadi sebetulnya ada yang trauma, ada yang biasa. Biasa itu seperti stress, mengingat pengalaman yang tidak menyenangkan dalam jangka waktu yang lama. Kebetulan untuk yang kasus Citamiang itu saya belum bisa menemui, pihak keluarga karena masih syok,” ujar Dikdik kepada Radar Sukabumi, Selasa (9/5).

BACA JUGA: Predator Seks di Sukabumi Kembali Bangkit, Nodai Lima Anak Laki-laki

Dikdik menambahkan, kegiatan pendampingan yang berhubungan dengan kasus kekerasan seksual, cenderung dilakukan secara diam-diam. Tujuannya untuk memberikan ketenangan dan layanan psikolog baik pada korban maupun keluarga korban.

“Kalau misal pihak korban masih drop dan khawatir, maka kita harus menghindari itu. Jika mereka sudah tenang baru kita lakukan lagi pendekatan,” ungkapnya.

Ditanya terkait kemungkinan korban sodomi menjadi predator di masa yang akan datang, Dikdik mengaku, belum bisa memastikan hal tersebut. Menurutnya, memang ada kemungkinan korban menjadi pelaku namun potensinya kecil.

BACA JUGA: Predator Seks di Kota Sukabumi Terancam 15 Tahun Bui

“Korban itu memang peluang untuk jadi pelaku, apabila mengalami hal-hal tertentu. Tapi tidak semua korban itu ke depannya bisa jadi pelaku, jadi masih hati-hati, artinya korban sodomi itu tidak langsung otomatis jadi pelaku, makanya kita harus memastikan kondisinya seperti apa,” imbuhnya.

Selain itu, antisipasi yang bisa dilakukan yaitu, dengan memberikan pelayanan kepada korban dan keluarga korban. Biasanya, kata dia, setiap ada peristiwa pelecehan seksual, maka efeknya tidak hanya pada korban tapi juga pada keluarga. “Ada juga efek pada lingkungan, takut anaknya mengalami peristiwa yang sama,” akunya.

Lanjut dia, terkait tingkah janggal tersangka yang memaksa korban untuk menyodomi Obay, pihaknya menilai, orientasi seksual Obay lebih mengarah pada gay atau homo.

“Jadi akhirnya si pelaku ini melakukan manipulasi pada korban, bentuknya paksaan halus sehingga korban secara sadar atau tidak melakukan hal-hal yang diminta,” pungkasnya. (Cr4/t)

Pos terkait