Rumah yang Tak Bertangga

Fawzy Ahmad

Kalau sudah begini, solusinya adalah seperti gambaran di atas. Suami dan istri harus bekerja demi menopang kebutuhan dan gaya hidup bulanan. Mengapa harus ada gaya hidup bulanan? Karena untuk mengobati kepenatan pikiran yang menggelayut di otak, di hati dan di dompet. Kepenatan pikiran ini bisa disebut stres. Orang-orang butuh rekreasi tiap pekan. Atau setidaknya sebulan sekali. Dan biaya untuk rekreasi tidaklah murah. Ada uang bensin, biaya makan, ongkos belanja cemilan hingga belanja sandang.

“Yah, belikan mainan!” Kata-kata ini yang paling sering dilontarkan anak-anak kalau sudah main ke luar. Dan mainan yang dipinta adalah mainan yang sama setiap kali keluar. Tapi lantaran adagium ‘sayang anak’ mau tak mau kita harus merogoh kocek untuk membelikan mainan tersebut ke anak kita.

Bacaan Lainnya

Saat tulisan ini saya buat, per tanggal 26 Februari 2019 pukul 13.11 WIB, rupiah masih bertengger di level Rp 13.987 per USD. Yang artinya, kondisi nilai tukar mata uang kita belum kuat, belum aman. Yang artinya pula, kondisi perekonommian kita pun demikian. Diperlukan gebrakan-gebrakan jitu agar ekonomi kita kuang dan digdaya. Sulit atau mudah, itu relatif. Dan ini merupakan tugas penting bagi pemerintah. Entah rezim yang sekarang sedang berjalan, atau rezim baru pasca 17 April 2019 nanti. Siapapun presiden dan wakil presiden edisi yang akan datang, hukumnya fardlu-ain mengentaskan persoalan ekonomi bangsa yang kian liar.

Karena, menyelamatkan ekonomi Ibu Pertiwi, sama saja menyelamatkan jutaan rumah tangga aktif saat ini, mengurangi angka perceraian, menekan angka kriminalitas, menyehatkan tumbuh kembang dan pendidikan anak-anak, dan mereduksi angka rasio gini.

Rumah yang tak bertangga. Begitulah bagaimana saya mencoba menarasikan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia dari sudut pandang perekonomian. Pembuatan ulang film “Keluarga Cemara” yang tayang pada 3 Januari 2019 lalu, seolah menjadi auto-kritik sosial. Banyak orang yang mendambakan kehidupan berumah tangga yang ideal.

Tulisan ini masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya yang bertajuk Penjahat Besar Bernama EkonomiĀ . Menurut saya, ekonomi masih menjadi momok. Kata Iwan Fals, dibutuhkan “Manusia setengah Dewa” untuk bisa menaklukan problem-problem tanah air. Ekonomi salah satunya. Dan manusia setengah dewa itu adalah pasangan presiden dan wakil presiden yang baru, semoga.

Tapi ingat, siapapun presidennya, kalau kita tidak bekerja, ya kita tetap miskin. Miskin harta dan miskin akal sehat.

(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *