Ketua PGRI: Guru Masih “Terjajah”!

SUKABUMI – Meskipun bangsa Indonesia sudah merdeka selama 73 tahun, namun hal berbeda dirasakan para guru-guru di Sukabumi terutama mereka guru honorer yang merasa masih “terjajah”. Tentunya hal ini membuat miris. Masih banyaknya para guru yang “terjajah”, Ketua PGRI Kota Sukabumi Dudung Nurullah Koswara mengatakan, sampai saat ini masih ada sejumlah guru yang kondisinya seperti terjajah. Penjajahan bangsa Belanda kepada rakyat Indonesia, memang sudah berakhir. Namun baginya, derita seperti penjajahan terhadap para guru masih terjadi.

“Terutama pada guru-guru honorer di pendidikan dasar. Guru SD dan guru SMP sungguh sangat menyedihkan,”katanya kepada Radar Sukabumi, Kamis (23/8).

Menurutnya, untuk operasional pergi setiap hari mengajar anak didik sangat kesulitan. Honor selalu lambat dan dibayarkan per triwulan.

“Seperti misalnya di Kabupaten Sukabumi wilayah Jampang Tengah, masih ada guru yang jalan kaki karena honor tidak didapatkan per bulan,”ujarnya.

Sebut saja Asep Mutakin. Sebagai seorang guru honorer, ia begitu kesulitan dalam operasional keseharian. Guru SDN Puncak Dago, Desa Bantar Agung, Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi itu lanjut Dudung, harus berjalan berjarak 10 KM ke sekolah dari jalan raya atau sekitar sekitar dua jam. Padahal ke sekolah harus tepat waktu. Ia harus berjalan kaki.

“Kondisi guru Indonesia masih jauh dari ideal,”ulasnya. Idealnya, gaji guru semuanya UMP (Upah Minimum Penghasilan). Hal ini tertera dalam UURI No 14 Tahun 2015. Bila masih ada guru yang honorenya kecil dibawah UMP/UMPR, maka tidaklah mungkin pendidikan dan layanan terhadap peserta didik akan baik.

“Guru masih terjajah bila upahnya harus per triwulan. Guru masih terjajah bila nasib mereka masih di bawah kesejahteraan pegawai buruh biasa,”terangnya.

Dudung menilai, guru masih terjajah bila pemerintah pusat dan daerah tidak memberikan maslahat tambahan yang baik. “Idealnya para guru disejahterakan, terutama guru di pendidikan dasar,”desaknya.

Dijelaskan pria yang sehari-hari mengajar di SMAN 1 Kota Sukabumi itu, guru-guru di pendidikan dasar jauh lebih penting dibanding guru dan dosen di jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Mengapa demikian? Mengingat pendidikan karakter dan fase awal pendidikan. Adanya di pendidikan dasar. Bagi Dudung alangkah baiknya pemerintah pusat dan daerah lebih menghormati para guru.

“Jangan “menjajah” guru dengan upah lambat, BOS lambat dan perlakuan tak layak kepada para guru. Bahkan masih ingatkah kita tentang guru honorer yang meninggal dan dianiaya? Dahulu Ahmad Cahyono meninggal dan terbaru adalah seorang ibu guru bernama Ibu Rahmawati dipukuli oleh anak didiknya sampai terluka. Guru masih terjajah. Secara ekonomi dan fisik sebagian guru masih terjajah keadaan,”tegasnya.

Ia berharap, terutama pasca Pilpres 2019 tidak ada lagi guru yang menderita secara finansial.
“Juga kurang terlidungi dan menjadi korban politik,”tuturnya.
Guru harus dihargai dengan segala keterbatasannya. Para pemimpin, pengusaha, politisi, penegak hukum dan siapapun, tanpa guru mereka akan kesulitan mendidik anaknya.
“Guru yang masih “terjajah” tidak akan melahirkan generasi “merdeka”,”tandasnya.

 

(wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *